Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 16 Mei 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 50
^^^
Altaf disibukkan dengan jadwal operasi yang harus ia tangani hari ini. Tadi pagi saat mengantar Nara ke rumah orang tuanya, Altaf mendapat telepon bahwa ada seorang pasien dengan keadaan gawat darurat dan harus segera dilakukan tindakan operasi cito.Ia menghela napas dalam, saat ini ia sedang duduk di kursi yang ada di dalam ruangan bernuansa navy. Ia sedang menanti kehadiran seseorang, sudah lebih dari sepuluh menit ia menunggu akhirnya suara pintu ruangan itu terbuka dan terdengar suara langkah sepatu mendekat.
Altaf memutar kursi yang ia duduki, tampak seorang lelaki yang sejak tadi ia tunggu berdiri mematung menatap dirinya.
"Ada perlu apa Dokter Altaf di ruangan saya?"
Lelaki itu adalah Kaffa. Perselisihan antara Altaf dengan Kaffa membuat hubungan mereka semakin buruk. Contohnya seperti sekarang, obrolan mereka tampak kaku. Dulu dengan sebutan 'lo gue' kini berubah menjadi 'saya' dan 'kamu' atau saling menyebut nama satu sama lain.
"Maaf kalau saya lancang masuk ke ruangan Dokter Kaffa tanpa izin." jeda sepersekian detik, "Bisa kita bicara?" Altaf berjalan mendekati Kaffa.
Kaffa masih diam dengan memperhatikan gerak-gerik Altaf. Sedangkan Altaf menuju sebuah rak dokumen yang ada di ruangan Kaffa, ia mengambil salah satu dokumen tersebut lalu membukanya.
"Bagaimana? Tapi jika dokter masih sibuk, bisa lain waktu saja." imbuh Altaf yang tak kunjung mendengar jawaban keluar dari mulut Kaffa.
"Baik, silahkan duduk!" Kaffa mempersilahkan Altaf untuk duduk di sofa.
Altaf tersenyum simpul mendengar jawaban dari Kaffa, ia membawa dokumen yang ada ditangannya. Lalu turut duduk bersama Kaffa yang sudah lebih dulu duduk di sofa berwarna navy itu.
"Jadi mau bicara soal apa? Atau ada hal penting mengenai pasien hari ini?" tanya Kaffa yang tak sabar menunggu Altaf bicara.
"Ada yang lebih penting dari itu."
Kaffa mengerutkan dahinya. Altaf menyodorkan dokumen yang sengaja ia ambil dari rak milik Kaffa.
"Bukankah dalam dokumen itu semua adalah tulisan dari Dokter Kaffa sendiri?"
Kaffa mengangguk, "Iya benar, ada apa?" Ia semakin dibuat bingung dengan pertanyaan yang sama sekali tidak bisa ia tebak maksud tujuannya.
Senyum Altaf melebar, tidak lagi samar seperti tadi saat ia baru membuka dokumen tersebut.
Flashback on!
Altaf sibuk merapikan meja kerja di kamar yang cukup berantakan dengan berkas dan juga buku yang berserakan. Akhir-akhir ini pekerjaannya cukup padat, hingga ia tidak sempat merapikan mejanya. Perihal Nara, ia memang bisa kapan saja membantu Altaf untuk merapikannya namun hal itu tidak ia lakukan karena Altaf memang yang meminta agar Nara tidak perlu repot-repot merapikan meja kerja Altaf, biarlah Altaf yang merapikannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Fiksi RemajaTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...