Bagian 61

44 2 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 03 Oktober 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 61

^^^
Altaf membuka pintu ruang rawat Jihan dengan perasaan memburu. Jihan dan Hanum yang tampak asyik mengobrol seketika teralihkan perhatiannya pada Altaf. Setelah salamnya mendapat jawaban dari kedua perempuan paruh baya yang ada di ruangan tersebut, Altaf masuk sambil mengedarkan pandangannya. Ia mencari sosok gadis yang saat ini ingin sekali ia temui.

"Nara mana, ma?" setelah ia tak melihat batang hidung istrinya.

"Loh bukannya tadi Nara antar makanan ke ruangan kamu? Tadi mama yang suruh soalnya kasian kamu belum sarapan."

Sudah bisa ditebak oleh Altaf, pasti Nara hanya berpura-pura mengantar makanan untuknya. Mengingat Nara masih belum bisa mendengarkan penjelasan dari Altaf. Gadis itu pasti melanjutkan sandiwaranya di hadapan keluarga mereka.

Hanum berjalan mendekati Altaf, "Kalian baik-baik saja kan?!"tatapan penuh arti.

Altaf kikuk, "Baik-baik saja kok, mi. Kalau begitu Altaf cari Nara dulu ya. Assalamu'alaikum." ia bergegas sebelum Hanum memberondong pertanyaan yang pasti akan sulit sekali ia jawab.
______

Usai menenangkan diri di taman, Nara pamit pada Jihan untuk tidak kembali ke ruang rawat. Ia memilih untuk pergi menemui Dini. Sepulang kerja, Dini menemui Nara yang sudah lebih dulu datang di sebuah cafe yang biasa mereka datangi.

"Are you okay? Kok sembab matanya?" tanya Dini saat melihat kondisi Nara yang cukup berantakan.

Nara mengedikkan bahu, "Mas Altaf selingkuh."

"Whaatt!!" mata Dini membulat sempurna, suaranya berhasil mendapat tatapan dari beberapa pengunjung cafe siang itu.

"Jangan asal bicara. Ingat! perkataan adalah doa, Nara."

"Tapi ini fakta. Dia keceplosan kalau dia memiliki dua perempuan sekaligus. Itu apa artinya kalau bukan selingkuh, Din?" jelas Nara dengan tatapan kosong.

"Kamu sudah tanya langsung maksud dari perkataannya itu apa? Dia ada usaha untuk menjelaskan itu atau tidak?" tanya Dini.

Nara menggeleng.

"Apa? Dia tidak ada usaha untuk menjelaskan atau kamu yang tidak mau mendengarkan penjelasannya?" selidik Dini.

Nara membuang napas kasar, "Aku yang tidak mau mendengarkan penjelasan darinya."

"Astaghfirullah Naraaaa, harusnya kamu sudah paham kan kalau setiap masalah itu harus diselesaikan dengan cara komunikasi yang baik. Kalau dia sudah ada usaha untuk menjelaskan, bisa jadi memang dia tidak seperti apa yang kamu pikirkan." nasihat Dini.

"Bisa jadi juga karena dia ingin melakukan pembelaan diri." sarkas Nara.

"Please stop negative thinking, cari tahu dulu kebenarannya jangan langsung ambil kesimpulan kalau Altaf selingkuh. Takutnya nanti malah jadi su'udzon, Ra."

"Tadi di rumah sakit ada resepsionis baru."

"Terus? Dia selingkuhannya Altaf?" ledek Dini.

"Bukan, jadi ceritanya aku mau antar makanan buat dia, tapi sedang ada tamu di ruangannya dan resepsionis bilang kalau itu istri dari Dokter Altaf. Padahal jelas-jelas bukan aku yang di dalam sana." air matanya kembali menetes.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang