Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 3 Oktober 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 62
^^^
Nara semakin menunduk, meremas ujung kerudungnya untuk menyalurkan rasa sakit yang menimpa hatinya. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isak tangis."Aku pikir bersahabat denganmu sejak kecil membuatku tahu semua tentangmu, namun nyatanya aku salah. Kamu nggak lebih dari seorang perempuan licik, manipulatif. Menyusun skenario seolah-olah kamu yang tersakiti." ujar Altaf yang tak mau menatap ke arah Nara.
Nara semakin terisak, "Maksudnya apa?"
"Kamu masih tanya maksudnya apa? Kamu lupa atau pura-pura lupa?" bentak Altaf.
Tangis Nara semakin menjadi. "Kamu gunakan buku ini untuk menyakiti perasaan perempuan lain, padahal kamu sendiri seorang perempuan. Apa namanya kalau bukan licik?!"
Nara semakin tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Altaf. Lelaki di hadapannya ini benar-benar membuatnya merasa sesak saat ini, seperti tak ada lagi suplai oksigen yang masuk dalam tubuh Nara.
"Aku masih nggak ngerti Mas Altaf ngomong apa?"
"Kamu yang sudah membuat Viola pergi di hari pernikahanku dengannya. Hari yang harusnya menjadi hari bahagiaku dengannya. Tapi kamu rusak begitu saja, Naraa!" Altaf mengusap kasar bulir bening yang mengalir di pipinya.
"Ini kan impian kamu selama ini? Menikah dengan sahabat kecilmu yang kamu cintai diam-diam, iyaa?! Dan sekarang saatnya kamu menerima karma dari perbuatanmu. Rasa sakit yang kamu rasakan adalah hasil dari ulahmu sendiri."
"Asal kamu tau, Ra! Aku kecewa sama kamu, perempuan yang aku nilai baik selama ini ternyata licik, egois dan hanya memikirkan kebahagiaannya sendiri."
Altaf membuang napas kasar, "Kamu dengar baik-baik, aku akan mengurus surat perceraian kita secepatnya!" tutur Altaf penuh penekanan.
Altaf menyambar jaketnya yang ada di sandaran sofa, dan berlalu begitu saja meninggalkan Nara.
"Siapa perempuan di ruanganmu tadi siang?!"
Setelah mengumpulkan energi untuk mengeluarkan pertanyaan itu, akhirnya Altaf berbalik ke arahnya.
"Kamu tahu dari mana?" tanya Altaf heran.
"Atau sebenarnya disini kamu yang manipulatif? Kamu sudah menyusun skenario serapi mungkin, sampai kamu ambil buku diary aku tanpa sepengetahuanku demi untuk kamu jadikan alat memojokkanku sekarang?"
Nara berjalan lebih dekat lagi dengan Altaf, "Kita lihat saja nanti. Aku akan cari tahu sendiri kebenarannya."
Nara berlari masuk ke dalam kamar, menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dan menangis sejadi-jadinya. Membekap mulutnya dengan bantal yang ia remas sekuat tenaga untuk menyalurkan rasa sakit yang ia rasakan. Salah jika orang menilainya sebagai perempuan yang kuat, ia hanya berusaha untuk tidak terlihat rapuh oleh orang-orang di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...