Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 25 Maret 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 44
^^^
Hati Nara terasa sakit saat membaca tulisan dalam kertas yang diserahkan oleh Altaf. Ia tidak mengetahui siapa pengirim buket bunga yang dimaksud oleh suaminya. Namun dengan mudahnya Altaf mengira bahwa buket itu sengaja dikirim untuk Nara dan menuduhnya memiliki hubungan dengan laki-laki lain di belakang Altaf."Siapa lagi kalau bukan Kaffa pelakunya?!" tegas Altaf.
"Tapi disini tidak tertera siapa nama pengirimnya mas!" sanggah Nara.
"Disitu sudah jelas tertulis 'dari seseorang yang tidak bisa memilikimu', siapa lagi kalau bukan Kaffa? Selama ini jelas-jelas dia yang selalu berusaha buat rebut kamu dari aku kan?" emosi Altaf semakin memuncak.
"Tapi-"
"Apa lagi, Ra? Kamu masih mau ngelak?!"
"Tunggu! Mas lupa,, diluar sana juga ada Viola, tidak menutup kemungkinan kalau dia yang kirim ini semua mas," tutur Nara membela diri.
"Oh jadi sekarang kamu salahin sepupu yang udah kamu anggap adik kamu sendiri itu?"
"Jadi mas belain dia daripada percaya dengan istri mas sendiri?" debat Nara tak mau kalah.
"Sekarang terserah mas, kalau memang mas nggak percaya silahkan! Dan tadi mas bilang nggak mau dipedulikan sama aku kan? Oke sekarang urus diri mas sendiri, dan asal mas tau! Aku nggak serendah itu berbuat hal yang menjijikkan di belakang kamu," tutur Nara merasa sangat kecewa dengan sikap Altaf yang menuduhnya memiliki hubungan dengan laki-laki lain. Serendah itukah Nara di mata Altaf?
"Nara tunggu!" teriak Altaf namun tak dihiraukan oleh Nara.
Nara meninggalkan Altaf sendirian di ruang tamu, sedangkan ia masih tak menyangka jika Altaf mempunyai pikiran buruk terhadapnya. Ia masih menangis, badannya luruh di balik pintu kamarnya. Kehidupan pernikahannya sangat berbeda jauh dengan pernikahan yang ia impikan selama ini. Nara memang berhasil menikah dengan lelaki impiannya, namun tidak dengan kehidupan pernikahannya.
Niat hati, ketika Altaf pulang kerja Nara akan memberikan kejutan spesial di hari kelahiran suaminya. Namun takdir berkata lain, situasinya tidak memungkinkan untuk Nara melakukan hal itu. Usahanya membuat kue favorit Altaf sia-sia.
Nara masuk ke kamar mandi, menatap wajahnya di depan cermin. Berantakan dan menyedihkan sekali. Matanya sembab masih sedikit basah, hidungnya memerah, bibirnya pucat. Ia lekas membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari wastafel, terlihat masih sama namun setidaknya tidak seberantakan tadi. Nara berganti pakaian dan kembali keluar kamar lengkap dengan slingbag di tangannya. Ia berniat untuk pergi mencari udara segar di luar. Otak dan hatinya sedang perang dingin, keduanya sama-sama keras mempertahankan pendapat masing-masing.
Situasi lantai satu tampak sepi sekali, menandakan bahwa Altaf sudah tidak ada disana. Nara bisa keluar dengan mudah. Baru memasang helmnya ia teringat sesuatu, "Emm pamit nggak ya??" Nara bermonolog.
Sedetik kemudian, "Pamit lewat chat aja deh,"
Kemudian ia mengetikkan sebuah pesan di ponselnya untuk Altaf.Atap Rumah Tangga
"Nara keluar dulu, kalau mas mau makan Nara sudah masakin dan juga sudah bikinin kue kesukaan mas di dapur. Kalau mas nggak mau, mas bisa kasih ke orang atau mas apain terserah asalkan jangan sampai Nara lihat kalau mas nggak makan masakanku."
![](https://img.wattpad.com/cover/346591366-288-k763094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...