Bagian 76

103 8 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 28 Januari 2025

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 76

***
Nara merasakan sakit yang tak tertahankan dari perutnya, hingga membuatnya jatuh terduduk. Mulutnya tak mampu berteriak untuk meminta pertolongan, air matanya terus mengalir karena takut terjadi apa-apa dengan bayi yang ada dalam kandungannya.

Ia mendengar suara langkah kaki memasuki rumahnya, ia sangat berharap siapapun itu bisa menolongnya.

"Nara!?" Suara lelaki yang sangat ia kenali.

Ia mengucap syukur dalam hati, karena setidaknya ada yang bisa membantunya saat ini.

"Kamu kenapa, heii!!?"

Nara menatap sorot mata yang penuh kekhawatiran, tampak kelopak mata yang sedikit membengkak dan hidung yang masih memerah.

"Tolong mas, perut Nara sakit."

Detik itu juga, tubuhnya sudah berpindah ke dalam gendongan Altaf. Altaf bergegas membawa Nara menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

"Lo Nara kenapa, nak??" Tanya Irwan dan Jihan saat melihat putrinya yang lemah tak berdaya dalam gendongan sang menantu.

"Altaf bawa Nara ke rumah sakit dulu, Pa." Pamit Altaf sambil terus berlalu tanpa menghentikan langkahnya.

"Hati-hati, nanti mama sama papa nyusul." Teriak Jihan pada Altaf yang tubuhnya menghilang di balik pintu gerbang.
______

"Gimana kondisi Nara, Dok?" Tanya Altaf kala melihat dokter spesialis obgyn keluar dari balik tirai tempat Nara diperiksa.

"Tenang saja, ini hal biasa yang dialami bumil di awal-awal kehamilan. Hanya saja dia perlu istirahat yang cukup dan usahakan jangan sampai stress ya, karena ini sangat berpengaruh sekali dengan janin yang ada dalam kandungannya."

Jeda sepersekian detik, "Jadi kamu sebagai suami saya titip jaga baik-baik ya, peran suami sangat penting sekali disini. Apalagi ini calon putra pertama kan??"

"Iya, saya pastikan dia akan baik-baik saja setelah ini. Terima kasih ya, Dok." Senyum Altaf mengembang.

"Oke sama-sama, saya lanjut dulu ya." Dokter yang bernama Cahya itu melenggang pergi meninggalkan Altaf yang masih berdiri di tempatnya.

Sepeninggal Dokter Cahya, Altaf memasuki bilik tempat Nara di rawat. Tubuh itu masih lemah tak berdaya di atas ranjang pesakitan, matanya tampak mulai terbuka perlahan. Namun tertutup kembali, berusaha menyetarakan cahaya di sekitar yang menusuk retinanya.

Altaf mendekat, "Hei, sudah bangun?" Mengelus puncak kepala istrinya.

"Kenapa ada mas disini? Papa mama mana?!" Tutur Nara dengan nada dinginnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang