Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 31 Januari 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 36
^^^
Altaf mengacak rambutnya frustasi, "Kenapa umi bisa tau soal brosur itu Ra?! Dan darimana umi tau kalau kita sudah lama tinggal di rumah ini?""Nara nggak tau mas, tapi tadi umi sempat ngobrol sama Gaby sebelum Nara datang." lirih Nara.
"Sudah berkali-kali ku ingatkan, Hati-hati dengan gadis itu. Terbukti kan, dia ada niat buruk sama kita."
"Astaghfirullah mas, istighfar nggak boleh su'udzon sama orang. Lagian Gaby kan nggak ngerti masalah rumah tangga kita, jadi ini bukan salahnya. Ini salah kita!"
"Arrrggghh,, aku nggak pernah liat umi sekecewa itu Ra." mengusap kasar wajahnya.
Nara mendekati Altaf, ia duduk di samping suaminya. Tangan itu ia raih, lalu ia genggam untuk menyalurkan energi pada suaminya.
"Kita hadapi ini sama-sama yaa," tutur Nara dengan tatapan yang sangat meneduhkan.
Altaf menghambur ke dalam pelukan Nara. Hatinya terasa sakit saat Nara memperlakukannya dengan baik, ia menyadari jika dirinya tidak pantas mendapatkan sebuah cinta yang tulus dari perempuan dalam pelukannya itu. Namun entah mengapa, rasanya ia masih belum bisa sepenuhnya menjalani perannya sebagai suami dari Nara.
"Maaf kalau selama menikah denganku hanya sakit yang kamu dapatkan," bisik Altaf tepat di telinga Nara.
Nara melepaskan pelukan, "Sudah sore mas, Nara mau masak buat makan malam dulu ya."
Tampak sekali sorot mata sendu dari wajah Nara, usai pertengkaran tadi siang Nara masih bersikap baik padanya. Belum ada kelanjutan obrolan serius diantara mereka perihal masalah tadi siang.
____
Usai melaksanakan Sholat Maghrib, Nara bergegas menyiapkan makan malamnya di meja makan. Tiba-tiba terdengar dering panggilan dari ponsel yang ada di ruang tamu, terlihat panggilan video dari kontak yang bernama 'Mama'. Nara langsung menggeser panel berwarna hijau yang ada di layar.
"Assalamu'alaikum nak," sapa Jihan dari seberang telepon.
"Wa'alaikumussalam iya ma? Tumben video call,"
"Iya pengen aja, emang nggak boleh?"
"Bukan begitu ma, boleh banget malah." ucap Nara sambil menyandarkan ponselnya di dinding dapur.
"Kamu lagi masak?"
"Sudah selesai ma, tinggal nyiapin aja ntar lagi kalau Mas Altaf datang kan tinggal makan."
"Assalamu'alaikum," suara Altaf mengucap salam dari arah pintu.
"Nah tu dia Mas Altaf datang,, Wa'alaikumussalam."
Altaf berjalan menuju dapur, "Siapa sayang?" tanya Altaf yang mengetahui Nara sedang video call dengan seseorang.
"Mama, mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Novela JuvenilTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...