Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 22 Juli 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 7
^^^
Usai melaksanakan operasi beberapa pasien hari ini, lanjut jadwal konsultasi dengan para mahasiswa yang sedang praktik di rumah sakit tempat Altaf bekerja. Tak terasa adzan ashar berkumandang, sebuah panggilan yang tidak bisa ia abaikan. Untung saja kegiatan konsultasinya dengan mahasiswa sudah selesai, jadi ia bisa langsung bergegas ke masjid sekalian bersiap untuk pulang dan istirahat di rumah. Mengingat kegiatannya hari ini cukup padat dan menguras energi.
Selesai melaksanakan Sholat Ashar, Altaf bergegas pulang karena di jam-jam pulang kantor biasanya jalanan akan macet. Perjalanan yang biasa hanya ditempuh 15 menit bisa jadi akan ditempuh satu jam.
Umi (Calling...)
"Assalamualaikum umi.."
"Wa'alaikumussalam, belum pulang nak?"
"Sudah umi sayang, ini Altaf sudah diperjalanan bentar lagi sampai kok,"
"Ya sudah kalau begitu, umi masakin makanan kesukaan kamu."
"Wah terimakasih umiku sayang, Altaf lanjut perjalanan dulu ya, Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"
Altaf yang baru saja pulang dari masjid untuk menunaikan Sholat Maghrib berjemaah menghampiri Hanum yang masih sibuk menata beberapa makanan yang sudah ia masak dengan menu nasi goreng seafood kesukaan putra semata wayangnya.
"Taf, Nara apa kabar? Kok Abi lama nggak lihat dia bareng sama kamu? Kalian baik-baik saja kan?" tanya Husain yang tiba-tiba sudah duduk di kursi makan utama.
"Baik kok, bi. Mungkin karena kita sibuk dengan urusan masing-masing, tapi biasanya kalau jadwal Altaf pagi, Altaf selalu jemput Nara buat berangkat bareng."
"Syukurlah kalau begitu, Abi kangen sama anak perempuannya Abi. Kapan-kapan ajak Nara makan bareng kesini ya!"
Keluarga Altaf dan Nara memang terkenal sangat dekat. Bukan hanya rumah mereka saja yang dekat, namun juga hubungan kekeluargaan mereka. Nara memang sudah dianggap anak perempuannya sendiri oleh Husain dan juga Hanum. Selain karena Nara adalah sahabat baik putranya, Husain dan Hanum juga sangat mendambakan sosok anak perempuan dalam keluarganya. Maka dari itu mereka sangat menyayangi Nara sebagaimana ia menyayangi anak perempuan mereka sendiri.
"Eum," Altaf mengangguk, "Oh iya Abi dan Umi sudah tau belum soal sepupunya Nara?" tanya Altaf ditengah kegiatannya mengunyah makanan.
"Tau, tadi pagi umi ketemu waktu di jalan. Itu lo bi keponakannya Jihan yang ada di luar negeri," jelas Umi saat melihat raut wajah Abi yang tampak bertanya-tanya.
"Ooo,, anaknya Kinan? Jadi mereka datang?"
Umi mengangguk, "Hanya Viola yang datang, Bi. Dan ia juga akan tinggal di rumah Jihan selamanya, karena beberapa minggu yang lalu Kinan beserta suaminya meninggal karena kecelakaan." Jelas Umi.
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un," jawab Husain dan Altaf serentak.
"Kasian ya, masih muda, mana cantik lagi,, tapi sudah ditinggal sama orang tuanya." imbuh Altaf.
"Percuma cantik kalau auratnya terbuka nak," sarkas Umi menimpali perkataan putranya.
Altaf terdiam mendengar perkataan uminya. Memang benar yang dikatakan oleh uminya kalau Viola tak mengenakan hijab dan pakaiannya cukup terbuka. Hal itu mungkin karena ia yang terbiasa tinggal di luar negeri dengan budaya yang berbeda dari Indonesia dimana mayoritas masyarakatnya seorang muslim.
"Umi sudah datang ke rumah Jihan untuk berbela sungkawa? Ya walaupun posisi adiknya meninggal di luar negeri kan tetap saja Jihan juga sedang berduka atas kepergian keluarga satu-satunya yang ia miliki."
"Belum bi. Rencana besok pagi umi mau kesana. Abi mau ikut?"
"Iya sudah besok pagi kita kesana," jawab Abi.
"Altaf ikut Bi, Mi." sahut Altaf tak mau kalah.
"Memangnya besok pagi kamu nggak ke rumah sakit, nak?" tanya Abi.
"Jadwal Altaf besok malam Bi, jadi pagi sampai sore Altaf free,"
***
Jangan lupa vote dan berikan komentar
Terima kasih yang sudah membaca
Yuk berteman di Instagram!
By:elvirarismasita
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Ficção AdolescenteTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...