Bagian 40

138 4 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 03 Maret 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 33

^^^
Kinara menyimpan semua rahasia rumah tangganya sendiri, tanpa ada siapapun yang tahu termasuk orang tuanya sendiri. Ia masih berharap Allah akan membalikkan hati Altaf, sehingga dia bisa menerima kenyataan bahwa Nara adalah istrinya. Seorang istri sesungguhnya, bukan sekedar istri pengganti.

Disisi lain, tanpa Nara ketahui pula bahwa Jihan bisa merasakan ada sesuatu yang sedang berusaha putrinya sembunyikan dari dirinya.

"Putri mama sekarang sudah pandai berbohong ya?"

Mata Nara berhasil membola, ia masih berusaha mencerna perkataan yang baru saja mamanya ucapkan. Kenapa Jihan bisa berkata seperti itu? Apakah Jihan tau yang sebenarnya? Lalu bagaimana dia bisa tahu? Semua pertanyaan itu berputar di kepala Nara. Padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat baik-baik saja.

"Iya kan?!" tutur Jihan meminta validasi.

"Maksud mama?" Nara beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Ada hal yang Nara sembunyikan dari mama,"

Langkahnya terhenti, tubuhnya mematung. Pernyataan yang keluar dari mulut Jihan berhasil membuat jantungnya kembali berdetak lebih cepat dari biasanya.

Nara membalikkan tubuhnya menghadap Jihan, ia memasang wajah seolah tak mengerti maksud dari perkataan Jihan. Jihan berjalan mendekat meraih tangan kanan putrinya untuk ia genggam.

"Mama selalu ada disini buat kamu nak, jadi jangan pernah merasa jika kamu sendirian. Kamu bisa ceritain semuanya ke mama, apapun itu."

"Tapi ma-"

"Iya memang, masalah rumah tangga cukup suami istri aja yang tau, jangan sampai orang lain tau termasuk keluarga sendiri. Tapi kalau dirasa nggak sanggup dipikul sendiri, cerita sama mama. Jangan sampai karena masalah ini kamu jadi jatuh sakit seperti ini nak," nasihat Jihan.

"Kapanpun Nara butuh mama, mama ada disini ya. Selalu ada buat Nara," imbuh Jihan sambil mengusap lembut pipi Nara.

Nara tersenyum, "Terima kasih ma,"

"Nara ke kamar mandi sebentar ya, ma." pamit Nara.

Jihan hanya memandang punggung putrinya yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Ia bisa merasakan bahwa putrinya sedang tidak baik-baik saja, meski Nara selalu berusaha menutupi namun naluri seorang ibu kepada anaknya tak pernah salah. Meski begitu Jihan tak akan memaksa Nara untuk mau menceritakan semua padanya, mungkin suatu saat nanti ia akan bercerita dengan sendirinya tanpa diminta.

Jihan memutuskan keluar kamar ingin memasak makan siang untuk putri dan juga menantunya. Baru saja membuka pintu kamar, Jihan melihat Altaf yang sedang berdiri membelakanginya dengan ponsel yang menempel di telinga kanan. Entah siapa yang sedang berbicara dengan Altaf di seberang sana, mungkin itu urusan pekerjaan.

Tak ingin menguping pembicaraan menantunya, Jihan berniat langsung turun ke dapur. Baru saja menginjakkan kaki di tangga pertama, samar-samar Jihan mendengar Altaf menyebut nama yang tidak asing lagi di telinga Jihan. Langkahnya terhenti, niatnya untuk ke dapur ia urungkan. Ia berbalik arah dan berjalan mendekati Altaf, berniat untuk menanyakan langsung pada menantunya.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang