Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 19 Juli 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 4
^^^
Atap Rumah Tangga
"Ra, aku tahu kamu belum tidur! Seorang Nara enggak mungkin tidur jam segini, ayolah jangan berpura-pura. Allah Maha Melihat."
Sebuah pesan singkat Nara terima dari seseorang yang sedang mencarinya. Nara memang sengaja berpesan kepada orang tuanya, jika Altaf datang mencarinya untuk memberi tahu jika ia sudah tidur. Ia lega saat mendengar suara Altaf berpamitan kepada orang tuanya untuk pulang. Namun usaha Altaf untuk menemuinya tak berhenti sampai disitu. Lelaki itu berusaha memanggil Nara dari bawah kamar gadis itu.
"Naraaa!!" panggil Altaf sedikit berteriak. "Naraa, aku tahu kamu belum tidur kan!"
Berulang kali Nara melafalkan kalimat istighfar, lelaki itu tetap pada usahanya. Malam memang belum terlalu larut, namun tetap saja teriakan itu akan sangat mengganggu tetangga lain. Nara juga yakin sekali jika orang tuanya pasti mendengar teriakan Altaf dari luar rumah mereka.
"Naraa, Ra. Kinara Romeesha Hauf!" teriak Altaf.
"Arggh! Dasar atap rumah tangga!"
Nara berdiri dan mengambil kerudung instan berwarna coklat susu senada dengan piyama yang ia kenakan malam ini. Ia membuka jendela selebar mungkin, membuat angin malam memasuki kamarnya tanpa izin. Nara menarik napas panjang sebelum akhirnya berteriak, "Bisa diem nggak sih, berisik tau!"
Lelaki di bawah sana hanya menunjukkan jajaran gigi sambil tersenyum tanpa rasa bersalah. "Ssssttttt!" mulutnya mengerucut dengan jari telunjuk kanan di depannya.
Nara memutar bola matanya jengah, lelaki itu sendiri yang menciptakan kegaduhan lalu kenapa malah dirinya yang diperingatkan untuk diam.
"Nanti kalau ketahuan warga bisa dinikahin kita, Ra."
Kalau dia takut ketahuan warga sekitar, harusnya dia tak berteriak memanggil nama Nara berulang kali. Nara menatap dengan ekspresi kesal, sedangkan lelaki itu tak menyadari akan hal itu.
Mengenai Altaf, terlalu bodoh memang mengharapkan bisa berjodoh dengannya. Berharap suatu saat nanti dia datang bersama kedua orang tuanya, berharap dia yang akan menjadi imam masa depan. Semua ini memang salah Nara, ia membiarkan rasa itu semakin tumbuh dan harapan-harapan itu muncul tanpa bisa dicegah.
"Ciee, yang kemarin dijemput. Gimana udah jatuh cinta belum?" tanya Altaf dengan suara yang naik satu oktaf.
Tampaknya dia terlalu girang sekali, sampai tak mempedulikan tentang perasaan lawan bicaranya. Lelaki itu memang tampak bahagia karena rencananya untuk mempertemukan Nara dengan sahabatnya berhasil, tapi disisi lain ada hati yang kembali merasakan perih.
"Kamu aja sendiri yang jatuh cinta sana!" ucap Nara ketus. Gadis itu kembali menutup jendelanya tanpa mempedulikan lelaki yang tampak akan mengucapkan sesuatu dari bawah sana.
"Ra, tunggu aku belum selesai-"
"Aku jatuh cinta sama Kaffa? Hiihh jeruk makan jeruk dong," ucapnya bermonolog.
Altaf pun bergegas meninggalkan halaman rumah Nara sambil menahan geli karena ucapan gadis itu.
Di kamar bernuansa monokrom, bulir air mata itu kembali terjatuh. Nara berusaha semaksimal mungkin untuk tidak lagi menangis hanya karena sebuah perasaan, apalagi ini menyangkut tentang lelaki. Nara ingin melupakan dan membuang perasaan itu, namun sayangnya itu hanya menjadi sebuah rencana yang belum bisa terealisasikan hingga saat ini.
Nara ingin melupakan Altaf. Tapi sekeras apapun usahanya, Nara tidak akan pernah bisa jika posisi mereka masih bersahabat dan selalu bertemu setiap harinya. Ia hanya bisa meminta sama Allah untuk membuang perasaan yang tidak seharusnya ia rasakan.
Atap Rumah Tangga
"Ra, kamu kenapa sih? Kalau udah jatuh cinta nggak apa ngaku aja, nanti aku bantu langkah selanjutnya."
Nara membacanya tanpa membalas pesan dari Altaf. Pada akhirnya, ia yang tersakiti karena berharap. Berharap bahwa Altaf memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Nyatanya berharap pada manusia adalah seni paling sederhana untuk menyakiti diri sendiri.
Lagi-lagi ponsel dalam genggaman Nara berdering tanda notifikasi pesan baru masuk.
Atap Rumah Tangga
"Beneran udah tidur? Ya udah, besok pagi aku jemput ya. Good night, tuan putri. Assalamualaikum."
***
Jangan lupa vote dan berikan komentar
Terima kasih yang sudah membaca
Yuk berteman di Instagram!
By:elvirarismasita
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...