Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 31 Agustus 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 16
^^^
Sampai di tangga terakhir Nara masih belum berani melihat siapa tamu yang datang malam ini. Namun sayup-sayup ia mendengar suara yang tak asing di telinganya sedang bersenda gurau dengan Irwan, papanya. Hal itu membuat lengkungan sabit dibibirnya yang tak bisa lagi ia tahan. Pipinya terasa menghangat, jika dilihat mungkin sudah memerah bagai udang rebus.
"MasyaAllah anak umi cantik sekali," puji Hanum saat Nara mencium punggung tangannya yang diikuti oleh Viola dibelakang Nara.
"Sini duduk samping umi," pinta Hanum sambil menepuk sofa di sampingnya.
Nara menurut dan duduk di samping Hanum, begitu juga dengan Viola yang sejak tadi mengekorinya. Sekilas Nara melihat Altaf hanya diam menunduk dengan Husain yang duduk di sebelahnya. Sedangkan Irwan dan Jihan duduk di sofa yang tepat berhadapan dengan Nara, Hanum dan juga Viola.
Altaf yang tingkahnya selalu menyebalkan, kini ia hanya duduk diam meskipun Husain dan Irwan sejak tadi tak ada hentinya melontarkan kalimat candaan.
"Nah berhubung semua sudah berkumpul disini, bisa kita mulai ya acaranya." ucap Husain.
"Sebelumnya kami sekeluarga mohon maaf jika kehadiran kami sudah merepotkan, dan kami berterimakasih karena kehadiran kami sudah disambut dengan baik. Jadi maksud kedatangan kami sekeluarga malam ini yang pertama adalah menyambung tali silaturahim diantara kita, dan yang kedua putra kami yang bernama Altaf Firdausy ingin menyampaikan niat baiknya terhadap salah satu putri kalian." jelas Husain.
Seperti ada jutaan kupu-kupu terbang di dada Nara, jantungnya berdetak tak normal. Senyum bahagia mulai mengembang kala mendengar perkataan Husain. Mungkin malam ini akan menjadi malam paling persejarah bagi Nara, dimana ia mendapatkan jawaban atas do'a yang selama ini ia panjatkan. Laki-laki yang ia harapkan berdiri di depannya dalam lima waktunya, sebentar lagi akan terkabul. Ia akan menjadi perempuan paling bahagia.
"Silahkan nak, sampaikan niat baikmu!" pinta Husain pada Altaf.
Altaf menarik napas panjang, "Bismillahirrahmanirrahim, maksud kedatangan saya kesini karena saya ingin melamar putri Papa Irwan dan Mama Jihan yang bernama,,"
Jeda beberapa detik, lidah Altaf terasa kelu saat akan menyebutkan nama gadis pilihannya. Keringat mulai mengalir di pelipisnya.
"Eumm yang bernama, Viola Gabriella Zalina," suara Altaf yang terdengar bergetar.
Degh,,!
Runtuh pertahanan Nara, seperti ada ribuan pisau yang menikam hatinya. Dadanya sesak, matanya memanas, cairan bening itu sudah siap untuk lolos. Ia meremas kuat bajunya untuk menyalurkan rasa sakit yang ia rasakan.
Harusnya sejak awal Nara sadar bahwa ini semua sudah menjadi konsekuensinya. Mencintai diam-diam, berjuang melalui do'a sendirian itu menyakitkan. Ia terlalu jauh mengharapkan manusia, Ia lupa bahwa hanya Allah yang patut untuk diharapkan. Tidak akan menemukan kekecewaan jika berharap hanya pada Allah bukan makhluk-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Fiksi RemajaTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...