Bagian 38

134 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 21 Februari 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 38

^^^
Seorang dokter berkerudung navy yang umurnya sedikit lebih tua dari Altaf keluar dari pintu IGD. Ia berjalan santai menghampiri Altaf yang sedang berdiri dengan wajah gelisahnya di area ruang tunggu.

"Bayi gedenya baik-baik aja, nggak perlu terlalu khawatir begitu,"

"Eh dok, gimana keadaan istri saya?"

"Aman, sudah ada plester kompres yang ada di dahinya," ledek seorang perempuan berjas putih dengan name tag bertuliskan 'Nada' di dada kirinya.

Altaf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Daripada nggak terpakai, mubadzir." kekeh Altaf menunjukkan jajaran giginya.

"Dia hanya perlu banyak istirahat, dan jangan sampai stres. Mungkin besok sudah membaik," tutur Nada menepuk pundak Altaf, "Saya tinggal dulu ya, tunggu saja perawat sedang menyiapkan kamar untuk istrimu."

Sepeninggal dokter, Altaf masuk dalam ruangan yang hanya berbatas tirai di masing-masing sisinya. Ia melihat tubuh lemah istrinya yang berbaring di ranjang pesakitan. Mata itu masih enggan terbuka, namun pergerakan napasnya terlihat teratur. Altaf tersenyum geli melihat plester yang masih setia menempel di dahi istrinya, setelah Nara sadar nanti mungkin ia akan protes mengenai hal itu.

Sibuk memandangi Nara membuatnya tak menyadari kehadiran seorang perawat dengan beberapa berkas di tangannya. Sepertinya kamar perawatan untuk Nara sudah siap dan istrinya akan segera dipindahkan.

"Permisi dok, Bu Kinara akan segera kami pindahkan ke ruang rengganis 3." tutur perawat itu pada Altaf.

Altaf menyetujui dan turut mendorong ranjang Nara menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang perawatan VVIP yang sudah disediakan. Di tengah perjalanan dering panggilan telepon terdengar dari ponsel Altaf yang ada di saku celananya.

"Assalamu'alaikum, iya mi?"

"Wa'alaikumussalam, Nara ada di ruang mana?"

"Ini baru saja dipindah ke ruang rengganis 3 mi,"

"Iya sudah umi sama abi masih perjalanan kesana, Assalamu'alaikum."

Usai menjawab salam dan memastikan panggilan itu terputus, Altaf mengetikkan sebuah pesan untuk mertuanya. Pesan terkirim, ia kembali mengayunkan langkahnya menyusul sang istri yang sudah dibawa masuk ke ruang perawatan.

"Kami tinggal dulu ya dok, kalau ada apa-apa silahkan panggil kami." Altaf hanya mengangguk.

___

Altaf yang baru saja keluar dari ruang rawat Nara melihat seorang perempuan paruh baya sedang berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya yang diikuti oleh pria bertubuh tegap di belakangnya. Dari sorot wajahnya tersirat sebuah kekhawatiran yang mendalam.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang