Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 22 November 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 69
^^^
Nara mendengar suara pintu kamarnya diketuk, dan terdengar suara perempuan yang sangat ia kenali memanggil namanya. Ia menghapus kasar air matanya dan bergegas membukakan pintu untuk Hanum."Umi?" Panggil Nara dengan suara sengau khas orang setelah menangis lama.
Hanum menarik tubuh Nara ke dalam pelukannya, perempuan itu menangis tanpa bisa ia tahan. Sedangkan Nara yang dipeluk seperti itu oleh Hanum, membuat air matanya kembali mengalir deras. Bahunya bergetar, isaknya terdengar sangat memilukan.
"Maafkan Altaf, nak. Maafkan Umi karena selama ini umi tidak tahu soal ini." Tutur Hanum penuh penyesalan.
"Maafkan Abi, karena Abi yang sudah memintamu untuk menggantikan posisi Viola waktu itu. Mungkin jika Abi tak melakukan hal itu, Nara tidak akan merasakan ini semua. Disini Abi yang salah, Abi egois karena menutupi rasa malu keluarga kami dengan menjadikan kamu sebagai korbannya. Maafkan Abi, nak." Suara Husain membuat pelukan itu terlepas, sedangkan Nara semakin tak kuasa membendung air matanya kala mendengar permintaan maaf Husain yang sangat tulus.
Nara berjalan mendekati Husain, "Ini sama sekali bukan salah Abi, semua sudah menjadi jalan takdir Nara. Dan Nara yakin, dibalik ini semua pasti Allah sedang menyiapkan hal yang indah untuk Nara, bi. Jadi jangan pernah menyalahkan diri Abi sendiri, Umi juga ya."
Hanum kembali memeluk tubuh rapuh menantunya, beberapa kali ia mengecup kepala Nara. Menyalurkan rasa sayang yang teramat dalam untuk sang menantu.
"Kamu anak yang baik, harusnya kamu mendapatkan pendamping yang baik pula, nak. Bukan seperti Altaf." Sesal Hanum.
"Umii, mungkin memang Mas Altaf adalah pilihan terbaik Allah buat Nara. Allah mungkin sedang menguji keimanan dan kesabaran Nara melalui Mas Altaf. Allah tidak akan mempersatukan kami tanpa maksud dan tujuan."
"MasyaAllah, nak. Hatimu ini terbuat dari apa sih?! Umi saja geram melihat kelakuan Altaf, kenapa kamu masih bisa sabar seperti ini? Umi yakin hatimu pasti sakit sekali kan?!" Hanum menggenggam tangan Nara.
"Jujur, kalau soal sakit ini terlalu sakit, Umi. Tapi disini ada Umi dan Abi yang membuat Nara tetap kuat."
"Orang tua kamu tahu soal ini?" Tanya Husain penasaran.
Nara menggeleng, "Nara tidak mau mereka membenci Mas Altaf,"
"Astaghfirullah hal adziim, naakkk." Lirih Husain semakin merasa bersalah.
"Kalau begitu biar Abi dan Umi yang menceritakan ini semua ke orang tua kamu." Husain mulai frustasi.
"Jangan, bi. Nara mohon," Tutur Nara memelas.
"Tidak, nak. Abimu benar, orang tuamu berhak tahu masalah ini. Kamu nggak apa-apa kan umi tinggal?" Hanum menyetujui saran suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...