Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 03 November 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 65
^^^
Mereka berdua sampai di sebuah cafe dengan desain minimalis dan elegan. Nara mengedarkan pandangannya, mencari sosok laki-laki yang katanya sudah tiba di tempat lebih dulu. Benar saja, netranya menangkap seseorang yang melambaikan tangan di sisi kanan cafe.Nara lekas menghampiri Kaffa yang ditemani secangkir kopi di meja.
"Maaf, kakak nunggu dari tadi?" tutur Nara sambil duduk di kursi yang berseberangan dengan Kaffa, diikuti oleh Aya di belakangnya.
"Nggak, baru saja kok." Kaffa menyapa Aya dengan anggukan kepala.
"Nara sama mbaknya pesen dulu aja." Kaffa menyerahkan buku menu pada Nara.
Setelah pelayan menulis semua pesanan mereka, sambil menunggu makanan datang Kaffa memulai obrolan mereka. Sebelumnya Kaffa mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan menunjukkannya pada Nara.
(Gambar hanya ilustrasi)
"Kamu kenal gelang ini?" tanya Kaffa dengan wajah sangat serius.
Nara menyipitkan matanya, berusaha mengingat. Gelang itu tampak familiar sekali, ia memperhatikan gelang dalam genggamannya dan sesekali menatap kearah Aya yang duduk di sampingnya.
"Kakak dapat gelang ini darimana?"
"Permisi kak, silahkan pesanannya." seorang waitress menghentikan pembicaraan mereka.
"Terima kasih mbak," tutur Nara setelah pelayan itu selesai memindahkan makanan dari nampan ke meja.
"Kita lanjut sambil makan ya," titah Kaffa.
"Kamu masih ingat waktu aku ajak kamu makan siang? Saat aku sama Altaf masih perang dingin." tanya Kaffa ditengah kegiatan mengunyahnya.
Nara mengangguk, sambil terus berusaha menahan isi perut yang rasanya ingin keluar.
"Pulang dari situ, aku tidak sengaja bertemu perempuan. Dia yang sudah tolongin aku waktu itu. Jadi ceritanya saat menuju parkiran aku lagi sibuk balas pesan, karena kurang fokus aku hampir saja keserempet motor tapi untungnya ada perempuan ini yang berhasil menyelamatkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Novela JuvenilTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...