Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 24 Juli 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 56
***
Nara tercengang melihat seorang laki-laki tak dikenal berdiri tepat di hadapannya. Ia tidak mengenali siapa orang itu, karena wajahnya tertutup oleh masker yang dia kenakan."Kinara Romeesha Hauf?" tanya lelaki itu.
Nara semakin syok setelah mendengar lelaki itu menyebut namanya, darimana dia tahu nama lengkapnya.
"Apa ini orang suruhan Mas Altaf buat antar makanan ya? Tapi mana makanannya, dia nggak kelihatan bawa makanan." batin Nara.
"Ada titipan untuk Anda!" tutur lelaki itu menyerahkan setangkai bunga mawar merah kepada Nara lalu bergegas pergi bahkan belum sempat Nara bertanya siapa pengirim bunga tersebut.
Nara menutup kembali pintu kamarnya, ia membaca secarik kertas yang terselip dalam bunga tersebut. Senyumnya merekah, hatinya menghangat saat membaca tulisan di kertas itu. Ia tak menyangka ternyata suaminya bisa romantis juga.
Dengan perasaan yang berbunga-bunga, Nara membuka kopernya dan mencari baju yang cocok untuk ia pakai nanti malam. Di malam yang spesial nanti, ia tak ingin mengecewakan Altaf yang sudah mempersiapkan ini semua.
Gadis itu mengambil gambar bunga beserta secarik kertas dengan pesan romantis dari Altaf, lalu dikirim ke Dini berniat untuk membagi kebahagiaan dengan sahabatnya.
"Waahhh romantis juga ya si dokter ganteng, jangan lupa dandan yang cantik nanti malam ya!" pesan Dini untuk Nara.
"Aku bingung mau pakai baju apa untuk nanti malam, mau bantuin pilih nggak?"
Selang beberapa detik panggilan video dari Dini masuk di ponsel Nara, segera ia menggeser panel bentuk kamera yang mengambang di layar. Kemudian ia menunjukkan beberapa model baju yang membuatnya bingung harus memilih yang mana.
"Jadi bagus yang mana?" tanya Nara meminta pendapat.
"Ku akui selera kamu ke fashion bagus-bagus, Ra. Kamu bisa cari model yang bikin kamu kelihatan lebih muda, jadi ikutan bingung aku." keluh Dini.
"Lebih muda? Memangnya aku sudah tua?!" protes Nara yang tidak terima dengan penuturan Dini.
"Wait sabar dulu, jangan ngegas dong! Sensitif amat buukkk," ledek Dini.
"Jadinya pilih yang mana?" tegas Nara.
Dini tampak menimbang-nimbang lagi, menurutnya baju yang ditunjukkan oleh Nara cocok semua di badan gadis itu.
"Bagus semua, jadi terserah kamu mau pakai yang mana pasti cantik kok." pasrah Dini yang berhasil mendapat tatapan tajam dari Nara.
"Percuma aku minta pendapat kamu, iya sudah bye. Assalamu'alaikum." Nara memutus video call-nya sepihak.
Baru saja ia merasakan kebahagiaan, namun semudah itu dihancurkan oleh sahabatnya sendiri yang membuatnya kesal. Saking kesalnya tidak terasa air matanya menetes.
"Ini lagi, kenapa gitu aja nangis sih!" omel Nara sambil mengusap air matanya kasar.
Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur, menenggelamkan wajahnya pada tumpukan bantal yang bersandar pada dipan. Baju-bajunya ia biarkan berserakan tanpa ada keinginan untuk merapikannya kembali. Moodnya benar-benar dibuat berantakan oleh sahabatnya sendiri, tujuannya ingin meminta pendapat namun malah tidak mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...