Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 24 Juli 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 57
***
"Naraaa!!" panggil Altaf saat membuka pintu kamarnya.Altaf mempercepat langkahnya, ia memeluk tubuh Nara yang sedang duduk di tepian ranjang. Nara menggigit bibirnya menahan nyeri yang di pinggang kanannya karena dekapan Altaf yang terlalu erat.
"Mas, aku baik-baik aja." Altaf melepas pelukannya.
"Ada yang berusaha melukai Nara." tutur Kaffa yang berdiri di ambang pintu.
"Siapa? Mana yang terluka?"
Nara menunjuk ke arah pinggangnya yang terdapat luka sayatan benda tajam. Setibanya di kamar tadi, Nara langsung membersihkan lukanya sendiri dengan kotak P3K yang dimintakan Kaffa kepada pihak hotel.
"Gimana ceritanya, kenapa bisa ada kejadian seperti ini?" Altaf menuntut penjelasan.
Akhirnya Nara menceritakan semuanya dari awal. Mulai dari saat ia menerima kiriman bunga dari seseorang yang ia pikir bunga itu pemberian dari Altaf.
Sedangkan Kaffa yang mendengar cerita Nara membuatnya berpikir keras. Ia semakin penasaran siapa perempuan yang berusaha mencelakai Nara tadi. Kaffa yakin perempuan itu ialah perempuan yang ia temui saat menolongnya pada kejadian di parkiran Mall waktu itu.
"Tadi aku sempat mengejarnya, tapi gagal. Dia berhasil kabur." jelas Kaffa.
"Kamu masih simpan bunga dan suratnya?" tanya Altaf.
"Bunganya masih ada, tapi suratnya lupa Nara taruh dimana. Tadi juga ada pihak hotel yang Nara minta buat beresin kamar."
Altaf menghela napas, "Kita harus secepatnya pergi dari sini, ini udah nggak aman."
"Tunggu, kita nggak bisa biarin gitu aja masalah ini. Kita harus cari tau dulu siapa orangnya." cegah Kaffa.
"Nggak, semakin lama kita disini akan semakin berbahaya untuk Nara." debat Altaf.
"Tapi ini bukan masalah sepele, Taf! Nyawa istri lo hampir melayang. Masak kamu diem aja, biarin orang itu berkeliaran di luar sana. Lagian kita juga nggak tau kan apa motif dia mencelakai Nara. Iya kalau dia berhenti sampai disini, kalau nggak? Dia bisa kapan aja mencelakai Nara lagi." nasihat Kaffa.
Altaf terdiam sejenak, "Lo nggak perlu khawatir, ada gue yang bisa jagain Nara."
"Bisa jagain? Buktinya aja sekarang Nara terluka. Lo memang suami Nara, tapi lo nggak bisa setiap detik ada di sisi Nara."
"Tunggu!!" Altaf berdiri mendekati Kaffa.
"Kenapa lo bisa ada di tempat kejadian tadi?" Altaf menyeringai.
Kaffa terkejut mendengar pertanyaan Altaf, "Jadi lo curiga gue adalah dalang dibalik semua ini?"
"Coba pikir baik-baik pakai otak lo! Untungnya apa gue celakai Nara, huh?!" imbuh Kaffa.
Nara berdiri dengan tangan kiri yang masih setia memegangi pinggangnya.
"Sudah cukup! Kalian baru aja damai, masak mau berantem lagi sih!" lerai Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...