Bagian 42

113 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 14 Maret 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 42

^^^
Tepat di depan pintu rumahnya, Altaf mengambil sebuah buket bunga mawar merah dilengkapi dengan greeting card di dalamnya. Baru saja akan membuka greeting card, tiba-tiba pintu terbuka. Altaf lekas menyembunyikan buket tersebut di balik badannya.

"Astaghfirullah hal adziim Mas Altaf," Nara terkejut melihat kehadiran Altaf yang berdiri di depan pintu.

"Mas sudah pulang?"

Altaf mengangguk, "Mama masih disini?"

"Mama sudah pulang mas, tadi sekalian di jemput sama papa. Mas masuk dulu ya, aku mau buang sampah dulu di depan." pamit Nara.

"Sini biar aku aja yang buang, kamu masuk!" Altaf meraih kantong plastik yang ada di tangan Nara dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih bertahan menyembunyikan buket bunga di balik badannya.

"Iya udah kalau gitu aku siapin makan malam buat mas dulu, makasih ya mas." Nara meninggalkan Altaf tanpa rasa curiga sedikitpun.

Usai membuang sampah dan memastikan tidak ada siapa-siapa di sekitar rumahnya yang mencurigakan, Altaf langsung masuk. Ia melihat istrinya yang masih sibuk di dapur, membuat ia mudah untuk langsung masuk kamarnya dengan buket yang ia bawa. Altaf ingin memastikan dulu bunga itu dari siapa, bisa jadi bunga itu dari Nara yang sengaja Nara siapkan untuk dirinya.

Penampilannya sudah berganti dengan kaos oblong dan sarung, sebelum turun untuk makan malam Altaf kembali mendekati buket bunga yang ia letakkan di atas nakas. Ia perlahan membuka greeting card yang ada di buket itu. Nafasnya memburu, wajahnya memerah. Tersirat amarah di raut wajahnya saat membaca tulisan yang ada disana.

"Mas, makan malamnya sudah siap. Turun yuk!" ujar Nara dari ambang pintu kamar Altaf.

Melihat Altaf tak menghiraukan panggilannya, Nara memberanikan diri untuk masuk.

"Mas," panggil Nara sambil memegang bahu Altaf yang membelakanginya.

Altaf tersentak, kartu itu jatuh dari genggaman Altaf. Sekilas Nara melirik ke arah nakas dan ia melihat ada buket bunga disana. Senyumnya mengembang, suaminya sedang menyiapkan surprise untuknya. Sungguh tak disangka, melihat perlakuannya sejak pernikahan hari itu, rasanya tidak mungkin jika Altaf bisa bersikap romantis juga. Namun baru saja akan terbang setinggi-tingginya, Nara sudah harus kembali pada kenyataan dan jatuh sedalam-dalamnya ke jurang yang curam.

"Bisa nggak sebelum masuk ketuk dulu pintunya!" bentak Altaf pada Nara.

Nara kaget mendengar hal itu, ia diam tertunduk dengan tangan gemetar dan basah. Itu selalu saja terjadi saat Nara merasa ketakutan. Ia tak berani menatap Altaf untuk saat ini, bahkan ia tak mengerti kenapa Altaf bisa semarah itu. Padahal sepertinya tadi terlihat baik-baik saja. Atau mungkin Nara berbuat kesalahan yang membuat Altaf bisa semarah itu? Tapi perasaan Nara hanya memanggil Altaf untuk makan malam. Kalau Altaf marah hanya karena Nara tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, bukannya biasanya Nara juga langsung masuk jika kamar Altaf dalam keadaan terbuka. Lagian tadi Altaf dipanggil dari luar juga tidak menyahut, lalu dimana letak kesalahan Nara yang membuat Altaf semarah itu.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang