Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 07 Oktober 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 22
^^^
"Assalamu'alaikum," memutar knop pintu kamar yang tidak terkunci. Menampilkan sosok gadis dengan rambut terurai yang duduk di pinggiran ranjang. Melihat Nara, gadis itu tampak menyembunyikan sebuah benda yang ia pegang di balik badannya.
"Eh kak, ada apa?" tanya Viola yang tampak gugup.
"Serius amat, lagi apa sampai salam kakak nggak dijawab?"
Wajah Viola pucat pasi, menjawab salam Nara lirih dengan peluh yang mengalir di pelipisnya.
"Itu apa?" Nara berusaha mengintip sebuah benda yang sengaja Viola sembunyikan dibalik badannya, namun sebisa mungkin Viola berusaha untuk menghalangi.
"Eh enggak, ini eumm Viola cuma baca buku anu,, euumm itu.." menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oh iya kakak paham kok," celetuk Nara dengan senyum menggoda.
"Vi?" panggil Nara ragu.
Viola menatap mata hazel milik gadis yang sedang duduk di hadapannya. Menanti gadis itu kembali buka suara, yang nampaknya ada hal serius yang ingin Nara katakan.
"Soal ucapan kamu siang tadi," jeda beberapa detik, "Apa..."
Belum selesai Nara melanjutkan pertanyaannya, Viola sudah lebih dulu memotong pembicaraannya.
"Viola nggak ada maksud apa-apa kak, mungkin karena keraguan Vio aja. Kakak tenang saja pernikahannya akan terus berjalan," ungkap Viola dengan lengkungan sabit menghiasi bibirnya.
---
Altaf beserta keluarga sudah hadir, tamu undangan juga sudah memenuhi tempat yang sudah disediakan oleh keluarga Irwan. Pak penghulu tampak hadir di antara mereka sejak sepuluh menit yang lalu.
"Pah, pah!!" teriak Jihan yang tergopoh-gopoh menuruni anak tangga menghampiri Irwan yang tengah berbincang dengan penghulu. Suasana yang tadinya riuh, seketika hening mendengar teriakan dari Jihan.
Irwan berdiri menyambut Jihan, "Ada apa sih ma?" Irwan melihat ke sekelilingnya, semua mata tertuju pada Jihan dan juga dirinya. "Malu ma, banyak yang ngeliatin!" ucap Irwan sedikit berbisik.
Jihan masih berusaha mengatur napasnya, peluh bercucuran di pelipisnya. Wajahnya menyiratkan sebuah ke khawatiran. Ia tak mampu menjawab pertanyaan Irwan, matanya mulai memerah dan sedikit lembab.
"Nara tidak menemukannya mah," lirih Nara yang sudah berdiri tepat di anak tangga terakhir. Raut wajahnya berantakan.
Irwan yang tak tahu-menahu hanya berusaha meminta penjelasan dari dua perempuan yang sedang berdiri di hadapannya saat ini dengan raut tak bisa diartikan. Altaf yang menunduk sejak duduk di hadapan penghulu, kini mendongakkan kepalanya turut bingung dengan situasi yang terjadi di rumah calon istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...