Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 12 November 2024
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 66
^^^
"Ikut Aya ya? Disana kakak bisa tenangin diri dan berpikir jernih mencari jalan keluar dalam masalah ini." bujuk Aya."Nggak bisa Aya, ada hal yang harus kakak selesaikan disini." tolak Nara secara halus.
Raut wajah Aya berubah, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Nara nantinya. Apalagi dengan kondisi gadis itu sekarang. Ayana paham, pasti tidak mudah ada diposisi Nara saat ini. Dalam lubuk hatinya pasti ada rasa ingin pergi untuk menenangkan diri sejenak. Tapi disisi lain, Nara masih memikirkan orang tuanya apalagi Jihan yang baru saja sembuh dari kecelakaan yang menimpanya.
Keesokan harinya Ayana sudah siap untuk kembali ke Tangerang, namun sebelum itu mereka sarapan bersama. Hari ini tampaknya keadaan Jihan sudah semakin membaik, hanya tinggal bekas lukanya saja yang masih tersisa.
"Nak, papa perhatiin kamu kurusan ya?!" celetuk Irwan yang membuat Nara menghentikan kegiatan mengunyahnya, seperti ada yang tercekat dalam tenggorokan.
Nara mencoba menetralkan raut wajahnya, "Mungkin karena kecapean aja pa." sedangkan Ayana menatap Nara dengan tatapan penuh rasa sakit.
"Jangan sembunyikan apapun yang membuatmu sakit hanya demi tidak ingin membuat kita tidak khawatir."
Deg!!
Nara kaget saat mendengar penuturan Irwan, dari nada bicaranya seolah memiliki makna tersirat bahwa mereka mengetahui Nara sangat sedang tidak baik-baik saja.
"Masalah sepele seperti apa yang membuat seorang suami sama sekali tidak berusaha menjemput istrinya dan membujuknya untuk kembali ke rumah." nada Irwan semakin terasa sakit didengar oleh telinga Nara.
"Pa, kita sedang sarapan. Sebaiknya jangan bahas masalah ini di meja makan, apalagi ada Ayana disini." jawab Nara dengan suara bergetar tak berani menatap lawan bicaranya.
"Ayana sudah seperti putri papa sendiri, dan ia sudah dewasa papa rasa ini juga bisa jadi pembelajaran untuknya kelak. Iya kan, Ya?!" terlihat sorot mata tajam dari Irwan.
Irwan memang seorang ayah yang sangat sabar dan penyayang, namun jika ia tahu ada yang menyakiti anggota keluarganya siapapun itu mereka akan berurusan langsung dengannya. Itulah sebab Nara tidak berani jujur perihal masalah rumah tangganya. Selain ia tak ingin melibatkan orang tuanya, ia juga melindungi seorang laki-laki yang masih menyandang status sebagai suaminya. Meski luka yang Altar torehkan di hati Nara terlalu dalam, namun tetap saja Nara tidak bisa melihat laki-laki itu habis di tangan papanya.
"Sebenarnya pagi ini Nara juga sekalian mau pamit untuk pulang ke rumah." hanya itu yang muncul di pikirannya.
Jawaban Nara sontak mendapat tatapan tajam dari Ayana, gadis itu seperti menuntut penjelasan dari perkataan Nara barusan.
"Altaf yang meminta?" selidik Irwan.
Nara mengangguk ragu, ia bingung harus dengan cara seperti apa untuk membuat orang tuanya percaya dengan perkataannya.
"Kenapa Altaf tidak langsung menjemputmu nak?" Jihan turut menguji kejujuran Nara.
"Emm-Nara yang menolak untuk dijemput. Sekalian Nara mau kasih surprise buat Mas Altaf, iya Nara mau kasih kejutan." jawab Nara dengan senyum sangat terpaksa, terbersit juga perasaan takut ketahuan jika dirinya sedang berbohong saat ini. Meski memang Nara ada rencana untuk memberikan kejutan untuk Altaf, jadi bisa dikatakan bahwa ia tidak sepenuhnya berbohong dengan orang tuanya. Tapi tetap saja kalau caranya ini salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...