Bagian 73

162 14 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 12 Januari 2025

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 73

^^^
Irwan memasuki rumahnya dan disambut oleh beberapa pertanyaan dari istrinya.

"Siapa, pa? Kenapa nggak disuruh masuk?"

Irwan menutup pintu, "Altaf." Lirihnya.

"Altaf? Mana dia? Mau ngapain lagi dia kesini? Nggak cukup dia nyakitin perasaan Nara?" Omel Jihan tidak terima.

"Hust, sabar! Masih pagi nggak boleh marah-marah nanti darah tinggi. Kita sarapan saja yuk, papa lapar." Irwan berusaha mengalihkan perhatian Jihan.

Irwan juga sengaja tidak mengatakan pada istrinya jika Nara menghilang. Biar ia simpan sendiri dulu, sampai ia mendapat kabar terbaru tentang Nara dari Altaf.

"Gaby?" Panggil Irwan yang berhasil menghentikan langkah gadis itu.

"Iya, om?" Gadis itu menoleh ke arah Irwan dan juga Jihan yang saat ini sedang menatapnya.

Irwan berusaha mendekat, "Siapa kamu sebenarnya?"

Mata Irwan menilik gadis itu dari atas hingga bawah. "Saya sudah dengar semua obrolan kamu dengan menantu saya tadi."

Jihan yang penasaran turut mendekat, "Ada apa sih, pa?"

"Tolong jawab, sebelum saya cari tahu sendiri siapa kamu sebenarnya!" Peringat Irwan pada gadis yang masih membungkam di hadapannya.

"Tunggu! Mama bingung jadinya. Kenapa sih? Papa kenal dia?" Tanya Jihan.

Sekarang Jihan beralih menatap lekat bola mata gadis bercadar yang mereka temui kala itu.

"Tapi sepertinya memang tidak asing ya
Kita pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana ya?!" Jihan mencoba mengingat. Dan...

"Ya, saya ingat. Kamu gadis yang saya temui saat belanja sayur dan saya tidak sengaja menyenggol hingga dompetmu terjatuh..." Suara Jihan melemah, memorinya melesat jauh.

"Ka- kamu Viola?" Tebak Jihan setelah mengingat sebuah foto gadis kecil yang memeluk boneka. Foto yang sama persis dengan yang ada di meja kamar Viola waktu itu.

"Ya, saya baru ingat. Kamu pemilik foto yang waktu itu turut terjatuh dari dompet berwarna Navy kan?!"

Jihan langsung memeluk gadis itu, "Jadi benar kamu Viola, nak?!"

Gadis itu hanya mengangguk dalam pelukan Jihan.

"Dan dia yang berusaha merusak rumah tangga putriku." Terdengar suara yang sangat menyakitkan dari Irwan.

Duaarr!!! Bagai petir di pagi buta, penuturan Irwan membuat jantung Jihan seketika berhenti sejenak. Ia melepaskan tubuh itu perlahan, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang