Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 29 September 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 20
^^^
Jam menunjukkan pukul 07.15 WIB. Nara bergegas turun untuk sarapan bersama dengan keluarganya. Sesampainya di meja makan Nara melihat Altaf juga turut duduk di samping Viola. Seketika perut yang tadinya terasa lapar mendadak kenyang, melihat kedekatan Altaf dan Viola di depan matanya."Gimana keadaan kamu, Vio?" tanya Nara yang tak sedikit pun menoleh ke arah laki-laki yang duduk di samping Viola.
"Alhamdulillah kak, makasih ya ini berkat Kak Nara yang udah rawat Viola."
Nara hanya mengangguk dan tersenyum simpul, "Pa, Ma, Nara langsung berangkat ya," pamit Nara yang berhasil mendapat tatapan dari semua orang yang ada di meja makan.
Menyadari hal itu, Nara terpaksa harus mencari alasan lagi untuk menyelamatkan dirinya. "Dini minta di jemput pagi ini. Kasian kan kalau dia lama nunggunya,"
"Sarapan dulu aja, sebentar! Lagian Dini juga pasti ngerti kok," timpal Altaf yang masih sibuk menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Jihan dan Irwan saling tatap melihat tingkah kedua sahabat yang tampak tidak baik-baik saja. Kebiasaan Altaf yang suka sekali menggoda Nara, kini terlihat kaku dan nada bicara Altaf yang terdengar dingin di telinga. Ada apa sebenarnya mereka?
"Iya kak, makan dulu yaa," mohon Viola.
Viola memperhatikan langkah kakaknya yang tampak tidak normal, "Kaki kakak kenapa? Kok jalannya tertatih gitu?"
"Sial, kenapa kaki ini nggak bisa diajak kompromi sih!" umpat Nara dalam hati.
Jelas saja kaki Nara terasa ngilu setelah semalam ia berjalan dengan jarak yang cukup jauh. Semua itu karena Altaf yang meninggalkannya di butik. Sudah meninggalkan Nara sendirian, namun bukannya meminta maaf Altaf malah menyalahkan Nara. Jika dalam kejadian ini ada yang harus disalahkan, tentu saja Altaf yang patut untuk disalahkan bukan Nara. Justru disini posisi Nara adalah korban, namun Altaf malah berpikiran buruk tentang Nara.
"Eumm tidak apa kok, hanya sedikit ngilu saja," jelas Nara sambil melirik ke arah Irwan dan juga Jihan. Kedua orang itu pasti paham alasan kenapa kaki Nara berjalan seperti itu.
Hening...
"Nara berangkat dulu yaa, bye semua.. Assalamu'alaikum." salam Nara melenggang pergi tanpa mempedulikan tatapan tajam yang ia dapat dari keluarganya.
Ia pun bergegas dengan motor matic kesayangannya meninggalkan pelataran rumah menuju kantor. Hari ini keberuntungan sedang berpihak padanya, ia bisa lolos dari seseorang yang mulai saat ini akan ia jauhi secara perlahan.
***
Kali ini gadis itu berhasil menghindar darinya. Bukan karena Altaf tidak bisa mencegahnya, namun saat ini dia masih enggan berdebat dengan gadis itu. Mengingat kejadian semalam yang cukup membuat Altaf sedikit kecewa dengan sikap Nara. Dia ingin berusaha meminta penjelasan, namun setelah perdebatan semalam pesan dan telepon dari Altaf sama sekali tak direspon oleh gadis itu. Parahnya lagi, pagi ini Nara sama sekali tak menghiraukan kehadiran Altaf.
"Kak!!" panggil Viola menyadarkan Altaf dari lamunannya.
"Ehh iya, kenapa Vio?"
"Untuk desain undangan aku minta tolong buatkan Kak Nara aja gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/346591366-288-k763094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...