Bagian 74

162 14 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 20 Januari 2025

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 74

^^^
Badannya lemah, ia seperti tak memiliki tenaga lagi untuk mengeluarkan isi perutnya. Keringat dingin bercucuran membasahi kerudung yang ia kenakan. Sudah beberapa hari ini tidak ada makanan yang masuk. Jangankan makanan, ingin minum saja ia tak mampu menelannya.

"Kita ke rumah sakit saja yuk! Ibu nggak tega lihat kamu seperti ini setiap hari. Badanmu semakin kurus, wajahmu juga pucat sekali." Titah perempuan paruh baya yang sejak tadi membantu memijat tungkuk Nara.

"Nara tidak apa-apa, bu. Ini hal wajar di kehamilan trimester pertama." Tolak Nara secara halus.

Nara berjalan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.

"Kamu istirahat dulu, biar ibu buatkan teh hangat untukmu."

Perempuan itu meninggalkan Nara sendirian untuk membuatkan teh hangat berharap bisa meredakan rasa mual yang melanda Nara.

"Ibu bikin apa?" Tanya seorang gadis yang baru saja muncul.

"Buatkan teh hangat untuk Nara. Ibu kasian lihat dia, harusnya disaat-saat seperti ini ada suami yang selalu berada di sampingnya."

Jeda beberapa detik, "Perasaan perempuan saat hamil itu sensitif sekali. Ibu hamil itu biasanya pengen nempel terus ke suami, apalagi ini kehamilan pertama buat Nara. Ibu paham sekali ini bukan hal yang mudah buat dia. Nara itu sebenarnya rapuh, namun dia selalu berusaha menutupi itu semua dari kita." Mata perempuan paruh baya itu tampak berkaca-kaca.

"Ibu tenang dulu, aku sedang berusaha untuk menggagalkan perceraian mereka." Ujar gadis itu dengan penuh keyakinan.

"Ibu doain ya, semoga rencananya berjalan lancar."

"Ibu selalu doain yang terbaik."
____________

Proses mediasi yang dijalani oleh Nara dan juga Altaf tidak membuahkan hasil perdamaian. Proses perceraian mereka akan tetap berlanjut di persidangan.

Hari ini tepat dimana sidang perceraian mereka berlangsung. Nara dan juga Altaf hadir ditemani oleh kuasa hukum mereka masing-masing. Tak lupa Ayana dan Kaffa juga turut hadir menemani.

Nara dan Altaf sama-sama duduk di depan meja hijau, namun tidak dengan perasaan mereka satu sama lain. Bibir Nara tak henti-hentinya merapalkan selawat untuk menghilangkan rasa gugup serta cemas yang ia alami. Sedangkan Altaf juga tak mau kalah terus berdoa berharap Allah berikan keajaiban agar mengubah putusan hakim yang akan memisahkan ikatan pernikahannya dengan Nara.

Altaf memejamkan mata dan menundukkan kepalanya, beberapa detik lagi hakim akan menyampaikan keputusannya. Ia tidak bisa duduk dengan tenang, perasaannya gelisah. Ingin rasanya ia berteriak dan memohon pada Nara untuk mencabut gugatannya. Namun nasi sudah menjadi bubur, persidangan sudah berada di puncaknya.

"Baiklah saudari pemohon dan saudara termohon untuk terakhir kalinya hakim akan memberikan kesempatan kepada saudara sebelum putusan ini dibacakan untuk berdamai kembali. Bagaimana saudari pemohon apakah tetap ingin bercerai dengan suaminya?" Tanya hakim ketua.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang