Bagian 67

100 5 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 12 November 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 67

^^^
"Kembalilah, lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan. Jangan menghindar, karena itu sama saja kamu membiarkan suamimu terus terjerumus semakin dalam pada kesalahannya. Bantu ingatkan dia, tapi jika memang tidak sanggup kamu boleh berhenti. Kamu punya hak untuk bahagia, biar Allah yang mengadili." pesan perempuan itu sambil menggenggam erat tangan Nara untuk menguatkan.

Nara menghambur ke dalam pelukan perempuan itu, saat ia merentangkan tangannya.

"Terima kasih atas semua nasihatnya, bu." tutur Nara di bahu perempuan itu.

"Panggil saja Aisyah, saya sering ke masjid ini jadi kalau butuh saran atau teman untuk ngobrol bisa temui saya di sini atau mau main ke rumah juga boleh. Rumah saya ada di blok C5 no.17."

Nara terkejut, pasalnya mereka berada di deretan perumahan yang sama. Hanya saja Nara ada di blok D5, sedangkan Aisyah di blok C5. Jaraknya tidak terlalu jauh mungkin hanya beberapa meter saja.

"Saya Nara yang tinggal di blok D5 no.10. Nanti kapan-kapan boleh Nara main ke rumah Bu Aisyah?" izin Nara.

"Tentu saja, pintu rumah saya terbuka lebar untuk gadis semanis kamu." Nara tersipu kala dagunya ditoel lembut oleh Aisyah.
_____

Nara pulang dengan berjalan kaki. Jarak masjid ke rumahnya hanya sekitar 200 meter saja, namun cukup membuat butiran peluh mengalir di pelipisnya.

"Sabar ya, nak. Akhir-akhir ini kita akan berjuang cukup keras." Nara mengelus perutnya yang masih rata.

Nara harus bertahan demi sesuatu yang telah Allah titipkan di dalam perutnya. Ya, Nara sedang mengandung buah hatinya dengan Altaf. Itu yang menjadi penyebab badan Nara terasa lemah dan perasaannya terlalu sensitif beberapa bulan belakangan ini. Tapi Nara tidak menyadari hal itu karena pikirannya yang hanya fokus dengan masalah rumah tangganya.

Tiba di depan rumahnya, Nara mengeluarkan kunci cadangan yang ia bawa. Rumah itu tampak sepi dan terlihat sedikit tak terawat. Nara memandangi setiap sudut ruangan, bayangan kenangan masa-masa indah dengan Altaf kembali berputar bagai memori di kepalanya.

Altaf sedang berada di rumah sakit pagi ini, tadi saat di perjalanan Nara menghubungi Kaffa dan menanyakan keberadaan Altaf. Melihat beberapa barang yang terletak di tempat yang tidak seharusnya, membuat Nara ingin segera merapikan rumah itu. Nara membuka kulkas dan air matanya menetes kala melihat isinya. Disana hanya ada beberapa buah, roti dan juga selai. Tidak ada satu pun sayur yang tersimpan di dalamnya. Itu artinya mungkin selama ditinggalkan oleh Nara, Altaf hanya makan dengan makanan seadanya.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.20 WIB, Nara mengusap peluhnya yang mengalir di dahi. Wajahnya tampak lelah setelah membersihkan serta memasak makanan dengan sayur-mayur yang ia pesan dari aplikasi online-nya. Ia mendaratkan tubuhnya di atas sofa empuk di ruang keluarga, jarinya menari di atas layar ponsel yang ada dalam genggamannya seperti mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang