Bagian 55

216 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 07 Juli 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 55

***
"Mas lagi dekat dengan perempuan lain?"

Altaf hampir saja menyemburkan minumnya saat mendengar pertanyaan tak terduga dari Nara. Ia berusaha menormalkan bahasa tubuhnya, agar Nara tidak semakin curiga.

"Kenapa bisa muncul pertanyaan seperti itu?" Altaf balik bertanya.

"Entah akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengusik perasaan Nara, tapi nggak tau itu apa. Dan tiba-tiba hanya pertanyaan itu yang muncul di kepala Nara."

Altaf terdiam mendengar penjelasan Nara, ia mengingat sebuah pesan dari Hanum di hari pernikahannya dengan Nara. Hanum mengatakan bahwa perasaan perempuan itu sensitif, firasatnya kuat. Dia bisa merasakan sesuatu bahkan sebelum kamu mengatakan itu padanya. Dan terbukti semua yang dikatakan oleh Hanum, Nara merasakannya sekarang.

"Maaf, kalau pertanyaan Nara bikin mas tersinggung atau sakit hati. Nara nggak bermaksud curiga atau tidak percaya sama mas. Lagian aku yakin, Mas Altaf bukan laki-laki seperti itu." tutur Nara saat melihat Altaf yang hanya diam saat mendengar pertanyaannya.

"Tidak perlu minta maaf, sayang. Kamu nggak salah, aku yang harusnya introspeksi diri tentunya ada yang salah dengan sikapku hingga pertanyaan itu bisa muncul dipikiranmu."

"Maaf ya, kalau aku masih belum bisa jadi imam yang baik buat kamu. Masih banyak kurangnya dalam membimbing kamu, bahkan aku belum sepenuhnya memenuhi tanggung jawabku terhadapmu. Maafkan suamimu yang jauh dari kata sempurna ini." imbuh Altaf menggenggam erat tangan istrinya.

Nara memekik saat tiba-tiba rasa sakit seperti mau pecah menimpa kepalanya. Berulang kali ia mengerjapkan matanya, berusaha untuk fokus melanjutkan makan malam. Altaf yang menyadari hal itu berdiri lalu mendekati Nara.

"Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?"

Nara memijit pelipisnya, rasa sakit itu semakin parah.

"Kepalaku pusing mas, sakit seperti mau pecah."

Tanpa berpikir panjang, Altaf mengangkat tubuh istrinya ala bridal style dan membawanya masuk ke kamar. Ia menidurkan Nara di atas ranjang dan memeriksa keadaan istrinya.

"Ini pasti karena kamu telat makan, lain kali jangan diulangi ya." pesan Altaf.

"Dokternya juga telat makan tadi," jawab Nara tak mau kalah.

Altaf menyerahkan obat pereda nyeri, "Tapi aku kuat, dan seorang dokter nggak boleh lemah."

"Tapi dokter juga manusia yang bisa sakit kapan aja. Pasiennya disuruh jaga kesehatan, makan teratur tapi dokternya sendiri bandel." niat hati membuat Nara jera dan menuruti perintahnya, tapi malah dirinya sendiri yang mendapat omelan balik dari istrinya.

"Minum obatnya, habis itu istirahat." pinta Altaf.

Setelah memastikan istrinya sudah tidur, Altaf turut merebahkan dirinya di samping Nara. Badannya cukup lelah hari ini, usai perjalanan jauh ia sama sekali belum mengistirahatkan dirinya.

Baru saja memejamkan mata, ada sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Altaf. Ia meraih benda itu dari atas nakas yang berada tepat di samping tempat tidur. Rasa kantuknya menghilang, matanya membulat sempurna saat membaca isi pesan yang baru saja ia terima dari seseorang. Ia merubah posisi tidurnya membelakangi Nara yang sedang meringkuk di balik selimut.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang