Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 09 September 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 18
^^^
Nara membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu untuk gadis yang sedang berbaring lemah di atas ranjang tidurnya. Sejak semalam badan Viola panas dan juga mengeluh pusing. Namun pagi ini panasnya sudah mulai turun usai minum obat yang diberikan oleh Nara.
"Makan dulu yuk, biar lekas pulih kondisinya," pinta Nara sambil menyuapkan bubur ke mulut Viola.
"Kak," panggil Viola ditengah kegiatannya mengunyah bubur.
Nara mendongak, alisnya terangkat. "Kenapa?"
"Habis ini temenin Vio yaa," ucap Viola ragu.
Kening Nara berkerut, "Temenin kemana?"
"Fitting baju," lirih Viola.
Yaps,,,
Acara pernikahan Viola dengan Altaf akan digelar dua minggu lagi. Itu artinya dua minggu lagi Nara harus benar-benar kehilangan Altafnya. Lelaki yang selama ini memberikan warna dalam hidup Nara, selalu ada kapanpun disaat Nara membutuhkannya. Lelaki yang selalu khawatir saat tau Nara pergi sendiri. Lelaki yang bahkan bisa menjadi siapapun buat Nara. Mulai saat ini Nara harus belajar terbiasa tanpa Altaf disampingnya. Bagaimanapun caranya ia harus melupakan perasaannya terhadap Altaf, ia tidak mungkin mencintai suami dari adiknya sendiri.
"Tapi kamu masih sakit harus banyak istirahat, sebaiknya tunda dulu! Setidaknya tunggu kondisimu benar-benar membaik."
"Harus sampai kapan ditunda terus kak? Sudah beberapa kali pending karena jadwal Kak Altaf yang mendadak,"
"Acara sudah dua minggu lagi. Jadi Vio mohon kak, temenin Vio yaa.. Kak Altaf masih ada jadwal operasi sore ini jadi mungkin nanti nyusul." ucap Viola memohon.
Nara tampak berpikir, "Baiklah tapi habiskan dulu makannya!"
"Terimakasih kak, aku pesan taksi online dulu yaa," tampak senyum merekah dibibir Viola.
"Bawa mobil sendiri aja,"
"Kalau bawa mobil sendiri nanti pulangnya gimana? Kan ada Kak Altaf,"
"Iya sudah terserah kamu saja," jawab Nara pasrah. Jika seperti itu, berarti ia harus melihat kemesraan mereka berdua.
Saat melihat Viola yang langkahnya masih gontai, Jihan ingin sekali melarangnya untuk pergi. Namun ia juga tak tega jika harus melihat Viola yang terus-terusan memohon untuk diizinkan pergi.
"Kalian hati-hati ya,"
"Ra, titip Viola ya nak!" pesan Jihan pada Nara.
"Mama jangan khawatir ya, Nara pasti jagain Vio kok. Kami berangkat dulu, Assalamu'alaikum," mencium punggung tangan Jihan dan berlalu setelah mendengar jawaban salam.
***
Nara takjub saat melihat Viola yang keluar dari fitting room dengan mengenakan gaun berwarna putih nan mewah dan elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Novela JuvenilTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...