Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 22 Oktober 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 27
^^^
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, mobil Altaf memasuki parkiran kampus tempat Nara bekerja. Usai mobil berhenti dengan sempurna, Nara membuka seat belt dan bersiap untuk turun.
"Perlu ku temani?" tanya Altaf saat melihat Nara membuka pintu mobil.
Nara menggelengkan kepala dan tersenyum, "Nggak perlu, kamu tunggu sini aja."
Saat menyusuri koridor ia berpapasan dengan beberapa rekan kerjanya yang menatapnya dengan tatapan sulit didefinisikan, antara kasian dan tatapan merendahkan. Namun Nara tak mempedulikan itu, ia tetap menebar senyum manisnya kepada siapapun yang ia temui.
Tak ingin berlama-lama, setelah urusannya selesai ia langsung bergegas menuju parkiran. Namun niatnya terhalang oleh kehadiran Dini yang tak tahu darimana datangnya, tiba-tiba menepuk pundak Nara.
"Heii, pengantin baru buru-buru amat bu,,," ledek Dini.
"Astaghfirullah, ngagetin aja ihh." omel Nara. "Iya nih, ditungguin Altaf di parkiran."
Dini mencebikkan bibirnya, "Mentang-mentang yang udah punya suami, kemana-mana dianterin, ditungguin. Lah aku??!"
"Makanya cepet nyusul," bisik Nara dengan kekehan kecil.
"Ishh Naraaaa, hilal jodohku aja belum kelihatan!!"
Nara hanya tersenyum menimpali jawaban Dini. "Eh Ra, kenapa kamu nggak jujur sih dari awal?" tanya Dini antusias.
Gadis itu mengerutkan keningnya, heran dengan pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh Dini.
"Maksudnya jujur soal apa?"
"Hemmm semua warga kampus sudah tau kali, beritanya menyebar luas ke seluruh penjuru kampus,"
Nara masih bingung dengan penuturan Dini, "Berita soal apa? Soal aku yang jadi pengantin pengganti?" tebak Nara asal.
"Husstt kamu ngomong apa sih, bukan itu maksud aku. Tapi soal sebuah fakta kalau kamu anak dari seorang dekan fakultas kesehatan, Pak Irwan."
Nara baru menyadari hal itu, terlalu sibuk memikirkan perasaannya membuat Nara melupakan sebuah rahasia yang selama ini susah payah ia jaga. Kini jati diri Nara yang sebenarnya sudah terungkap, ia yang merupakan putri dari Pak Irwan Hauf, Dekan Fakultas Kesehatan tempat ia bekerja.
"Kenapa harus dirahasiakan, Ra? Bukannya kamu harusnya bangga punya bokap seorang dekan?!"
"Aku punya alasan tersendiri merahasiakan hal ini, Din. Aku nggak mau, semua berpikir bahwa aku bekerja disini karena Papaku punya kendali disini. Padahal bukan seperti itu kenyataannya," ungkap Nara.
"Raa, kalau alasanmu seperti itu lambat laun juga mereka akan tau. Kamu nggak perlu memikirkan apa yang ada dipikiran mereka, cukup jalani apa yang seharusnya kamu jalani. Nggak perlu memikirkan apa-apa yang ada di luar kendali kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...