Bagian 9

195 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 30 Juli 2023

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 9

^^^

"Hai bro!" sapa Altaf pada seorang pria yang sedang sibuk dengan beberapa berkas di meja kerjanya.

"Wa'alaikumussalam," sindir Kaffa yang dibalas cengiran kuda oleh Altaf.

"Kebiasaan!" imbuh Kaffa.

"Sorry bro, serius amat." duduk di sofa yang terletak tepat di samping meja kerja Kaffa, "Eh gimana?"

"Gimana apanya?" jawab Kaffa dengan mata yang masih fokus pada beberapa laporan pasiennya.

"Elaaah bro, ya Lo sama Nara lah, gimana? Udah ada kemajuan belum?" tanya Altaf antusias.

Kaffa menutup semua pekerjaannya, dan berjalan turut duduk bersama Altaf di sofa bernuansa navy dan cream. Ia terdiam sejenak, ada hal yang sangat mengganggu pikirannya. Semenjak hari itu, dimana Ia bertemu dengan Nara, pikirannya tak pernah sekalipun lepas dari bayang-bayang Nara. Gadis cantik nan sholehah dengan senyum manis dibibirnya yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona dengan senyumannya. Namun disisi lain, Kaffa memiliki satu hal yang ingin sekali ia katakan pada Altaf.

"Sepertinya Nara memiliki perasaan ke orang lain," lirih Kaffa dengan tatapan kosong ke depan.

"Perasaan ke orang lain?" Altaf tampak berpikir, "Siapa, Kaf?"

"Mungkin lo,"

Tawa Altaf pecah memenuhi ruangan kerja Kaffa, "Ngaco Lo, Bro! kita udah sahabatan dari kecil, mana mungkin Nara ada perasaan sama Gue."

"Aneh-aneh aja Lo," imbuh Altaf yang merasa mustahil dengan perkataan Kaffa barusan.

Kaffa hanya terdiam mendengar jawaban Altaf. Benar juga apa yang dikatakan oleh Altaf, kalaupun memang Nara memiliki perasaan dengan Altaf pastinya Altaf yang lebih bisa merasakan karena hubungan mereka yang sangat dekat. Sedangkan dirinya baru sekali bertemu dengan Nara dan itupun tidak terlalu lama. Bagaimana mungkin ia bisa mengambil kesimpulan bahwa Nara memiliki perasaan dengan Altaf. Merupakan hal yang mustahil bukan?

"Jadi Gue harus gimana?"

"Seorang Kaffa yang terkenal sebagai dokter paling jenius, bisa mendadak lemot ya kalau urusan perempuan," ledek Altaf yang berhasil mendapat jitakan di kepalanya.

"Sadis memang dokter satu ini," umpat Altaf sambil mengusap kepalanya, "Jangan-jangan nanti kalau udah nikah Lo bakal KDRT lagi."

"Apaan sih?"

"Pokoknya awas aja kalau kamu KDRT ke Nara, Lo bakal berurusan sama Gue." Ucap Altaf menggoda Kaffa.

Mendengar pembicaraan Altaf yang semakin tidak jelas, Kaffa memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kehadiran manusia aneh yang sangat menyebalkan bagi Kaffa. Ia harus visitasi ke beberapa pasiennya hari ini.

Melihat Kaffa yang berjalan ke arah pintu, "Kaf, Oii Gue belum selesai bicara,"

Brakkk!! Kaffa menutup pintu tanpa mempedulikan panggilan Altaf.

Altaf menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah sahabatnya yang super dingin kepada siapa pun, layaknya kulkas tujuh pintu.

"Waktu itu Nara yang ninggalin saat aku belum selesai bicara, sekarang Kaffa. Eumm,,sepertinya memang jodoh mereka." Altaf bermonolog sambil bergegas meninggalkan ruangan Kaffa.

Altaf kembali menuju ruangannya yang terletak tidak jauh dari ruangan Kaffa. Jadwal ia hari ini tidak terlalu padat, hanya ada satu pasien yang melaksanakan operasi dan selebihnya ia gunakan kesempatan itu untuk melakukan supervisi kepada dokter-dokter muda yang sedang praktik di rumah sakit tersebut.

Hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun sang umi, Altaf memutuskan untuk segera pulang karena ada sesuatu yang harus ia beli sebagai hadiah untuk uminya. Namun sebelum pulang ia merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih berwarna silver untuk menghubungi seseorang. Tak berselang lama, nada sambungan pun berubah menjadi suara lembut seorang perempuan yang asing di telinganya.

Tuan Putri :

"Assalamu'alaikum ya Kak Altaf? Ada perlu apa?"

"Eh Viola ya, Naranya ada?"

"Ada kak, tapi sepertinya Kak Nara sibuk banget di dapur. Ada pesan buat Kak Nara?"

"Eum bilangin aja ke Nara kalau Altaf tadi telpon gitu ya, terimakasih. Assalamu'alaikum,"

Ia memutuskan sambungan telepon setelah mendapat jawaban salam dari lawan bicaranya. Altaf berniat mengajak Nara untuk mencari hadiah spesial untuk Hanum, namun sepertinya ia harus pergi sendiri tanpa ditemani oleh Nara. Padahal dengan adanya Nara akan sangat membantunya memilih barang yang cocok untuk Hanum, mengingat Hanum selalu cocok dengan selera Nara.

***

Jangan lupa vote dan berikan komentar

Terima kasih yang sudah membaca

Yuk berteman di Instagram!

By:elvirarismasita

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang