Bagian 72

207 15 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 30 Desember 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 72

^^^
Altaf menyodorkan amplop coklat yang sengaja ia bawa. Kaffa terkejut saat perlahan membaca tulisan yang ada di kop amplop tersebut.

"Ini serius?"

Kaffa tak habis pikir, Nara senekat itu dalam mengambil keputusan ini.

"Buktinya," Altaf menunjuk amplop yang tergeletak di atas meja.

"Lo masih ada kesempatan, saat tahap mediasi nanti. Jadi gue harap lo manfaatkan waktu sebaik mungkin."

"Tapi sebelum itu gue saranin, lebih baik lo usaha dulu buat temuin dia. Setidaknya tunjukkan kalau lo ingin memperbaiki rumah tangga kalian." Saran Kaffa.

"Apakah Nara bakalan mau temui gue nanti?" Ragu Altaf.

"Usaha dulu, perihal hasil sudah ada yang atur. Tugas lo itu berusaha dan jangan lupa doa juga!" Tegas Kaffa.
________

Altaf turun dari mobil, badannya panas dingin. Tangannya sedikit tremor, berulang kali bibirnya merapalkan sholawat untuk menenangkan hatinya. Berharap usahanya kali ini akan membuahkan hasil, dan Nara mau menemuinya.

Altaf menghela napas dalam dan membuangnya melalui mulut, tangannya terulur mengetuk pintu rumah Nara.

"Assalamu'alaikum,"

Tubuh Altaf seketika membeku, ia terkejut melihat siapa yang membukakan pintu untuknya. Pikiran Altaf melayang kemana-mana.

"Kamu kok disini?" Hanya itu yang mampu keluar dari bibir Altaf.

"Surprise, Kak Altaf kesini cari aku kan?"

Napas Altaf memburu, rahangnya mengeras. Ia tampak seperti sedang menahan amarah. Lalu detik selanjutnya Altaf menarik tangan gadis itu dan membawanya keluar rumah.

"Sabar, kak. Biarkan aku izin dulu ke mereka kalau kakak mau ajak aku pergi." Tutur Viola dengan penuh percaya diri.

"Diam!" Altaf melepas kasar tangan Viola yang ia genggam.

"Apa maumu yang sebenarnya?" Tanya Altaf dengan tatapan mengintimidasi.

Viola tersenyum di balik cadar yang ia kenakan, "Pertanyaan yang aku tunggu-tunggu selama ini."

"Kak Altaf tanya mau ku apa? Mau ku cuma satu, Kak Altaf jadi milikku seutuhnya." Viola tertawa licik.

Altaf mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia mendaratkan tamparan ke pipi gadis yang ada di hadapannya itu. Namun ia tahan, yang ia bisa hanya mengepal hingga buku-buku jemarinya memutih.

"Apa-apaan ini?" Suara bariton Irwan mengagetkan mereka berdua, terutama Altaf.

"P- papa," Altaf terbata.

"Apa yang kalian lakukan disini? Kalian saling mengenal?"

Altaf semakin dibuat bingung setelah mendengar pertanyaan Irwan. Itu artinya Irwan tidak mengenali siapa gadis yang sedang bersama mereka. Lalu, bagaimana ceritanya gadis itu bisa masuk ke rumah ini? Otak Altaf rasanya seperti mau meledak, terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Sebenarnya skenario apalagi yang sedang dijalankan oleh gadis ini, kenapa dia begitu lihai hingga akal bulusnya tak mampu tercium oleh Altaf.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang