Bismillahirrahmanirrahim.
Update on :
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 21
^^^
Viola cukup puas melihat hasil foto desain undangan yang baru saja ia terima dari Nara. Selain karena modelnya yang simpel, warna pink yang mendominasi membuat Viola menyukainya. Mengingat warna favorit gadis itu adalah merah muda.
Bukan tanpa alasan Nara membuat desain undangan dengan warna demikian, tak lain hanya karena ingin membuatnya sesuai dengan kesukaan Viola. Sungguh serasi sekali jika disandingkan dengan Altaf, laki-laki itu menyukai warna biru dan juga putih. Sedangkan Viola sangat menyukai semua hal yang berbau merah muda. Layaknya romeo dan juliet saja.
Mengingat hal itu hati Nara seperti tengah dikulik oleh mesin pencungkil organ. Lukanya memang tak terlihat, namun rasanya cukup menyiksa batin gadis itu.
Sudah beberapa hari ini ia berhasil meloloskan aksinya untuk menjauh dari Altaf. Tidak bisa dipungkiri, ada setitik kerinduan terbersit dalam hati Nara. Ia rindu senyum yang dihiasi dengan lesung di kedua pipinya, ia rindu tingkah konyolnya, ia rindu bau musk yang selalu tercium saat berada di dekat lelaki itu, dan semua hal yang ada pada diri lelaki itu. Rindu, ya Nara merindukannya. Tapi Nara tidak boleh membiarkan setan beramai-ramai untuk terus menggodanya. Sebisa mungkin ia harus menampik semua perasaan yang ia rasakan pada lelaki itu.
__
Waktu berjalan begitu cepat. Tiga hari lagi acara pernikahan Altaf dengan Viola akan segera digelar. Kedua pihak keluarga sibuk menyiapkan berbagai keperluan acara. Undangan pernikahan sudah tersebar di kalangan keluarga besar dan juga rekan kerja. Resepsi pernikahan akan digelar di sebuah gedung ternama di daerah Bogor.
Nara memperhatikan sikap Viola yang akhir-akhir ini terlihat sering melamun dan menyendiri di kamarnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada sepupu yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. Sosok gadis periang yang selalu ceria setiap harinya, kini tampak sering diam.
"Vi,," panggil Nara tiba-tiba sudah berdiri di samping Viola yang sejak tadi menatap kosong ke arah langit yang mulai menampakkan cahaya jingganya.
Viola hanya menoleh, dengan senyum yang tampak sekali jika dipaksakan. Nara yang seakan paham jika gadis di depannya itu sedang menyembunyikan suatu hal, berusaha mencari jawaban atas segala pertanyaan yang berputar di kepalanya.
"Kenapa? Kakak perhatiin akhir-akhir ini kamu sering melamun," tanya Nara hati-hati, takut jika nanti Viola malah menganggapnya terlalu ikut campur dengan masalahnya.
"Jika ada yang mengganggu pikiranmu, ceritakan saja! Siapa tau kakak bisa bantu. Kalaupun tidak, setidaknya kakak bisa jadi pendengar yang baik buat kamu." titah Nara menangkap manik mata Viola yang tampak sendu.
"Vio baik-baik saja, kak. Hanya saja..." menarik napas dalam dan menghembuskannya.
Nara menunggu kelanjutan dari perkataan Viola, "Hanya saja ada sedikit keraguan di hati Vio dengan pernikahan ini." jawab Viola dengan tatapan yang sulit sekali diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Teen FictionTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...