Bagian 35

314 10 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 24 Januari 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 35

^^^
"Umi mau kesini kok nggak bilang dulu, kan bisa Nara persiapkan." tutur Nara sambil membuka kunci pintu dan mempersilahkan Hanum untuk masuk.

"Apanya yang mau dipersiapkan? Umi kan cuma mau main ke rumah anak sendiri, masak harus izin dulu." jawab Hanum sambil melihat-lihat isi rumah.

"Kenapa kalian mendadak ingin tinggal sendiri? Altaf juga nggak pernah cerita kalau dia beli rumah ini." tanya Hanum yang terdengar seperti mengintimidasi.

Nara bingung harus jawab bagaimana, "Umi tunggu disini ya, Nara mau buatkan minum buat umi dulu baru nanti kita ngobrol." alibi Nara mencari celah agar ia bisa memikirkan jawaban dari pertanyaan Hanum.

Usai membuatkan minum untuk mertuanya, Nara membawa minuman itu ke ruang tamu dengan beberapa makanan ringan. Saat mengantar minuman, Nara tak melihat sosok mertuanya. Hingga ia mengingat sesuatu dan langsung bergegas menuju lantai dua.

Benar saja saat tiba di lantai dua, Nara melihat Hanum berjalan ke arah kamar Altaf. Ia mempercepat langkahnya menyusul dan mencegah Hanum agar tidak masuk ke dalam kamar tersebut.

"Umi,," rangkul Nara pada bahu perempuan paruh baya itu.

"Kita ngobrol di bawah yuk, sambil nge-teh." bujuk Nara agar Hanum tidak melanjutkan niatnya untuk masuk ke kamar Altaf.

Hanum tersenyum sambil mengelus lembut tangan Nara yang ada di bahunya. "Iya sudah, ayo!"

"Kamu belum jawab pertanyaan umi tadi, Ra?!"

Nara masih diam, menuntun Hanum untuk duduk di sofa ruang tamu. Setelah Hanum duduk dengan nyaman, Nara turut duduk di samping Hanum.

"Jadi begini mi, Mas Altaf memang sengaja membeli rumah ini jauh sebelum hari pernikahannya dengan Viola. Rumah ini sengaja mas siapkan untuknya dan juga Viola setelah mereka menikah." Nara menghembuskan napas dalam.

"Namun takdir berkata lain, rumah ini malah ditempati Mas Altaf bersamaku, bukan Viola sesuai dengan keinginan Mas Altaf." suara Nara tercekat. Ia menahan bulir yang susah sekali ditahan. Apalagi ingatan soal pertengkarannya dengan Altaf di parkiran tadi siang kembali muncul. Ingin rasanya ia menghambur ke dalam pelukan Hanum saat ini, namun keinginannya harus ia pendam jangan sampai Hanum tahu apa yang terjadi dengannya dan juga Altaf.

"Ra,,?" panggil Hanum saat melihat perubahan mimik wajah Nara.

"Boleh umi tanya sesuatu?" tatap Hanum mencari sebuah jawaban atas kegelisahan hatinya.

"Apa Altaf memperlakukanmu dengan baik selama kalian menikah?"

Degh,,,

Pertanyaan yang keluar dari mulut Hanum berhasil membuat hati Nara semakin tersayat. Harus berapa lama ia berbohong dan menyimpan ini semua sendiri tanpa ada satu orang pun yang tahu perihal apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangganya. Bahkan orang tuanya pun tidak mengetahui akan hal ini.

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang