D2 (7)

99 10 4
                                        

Happy reading!

Bagian Tujuh// Mengobati

Kalo nerima cowok dibilang kegatelan kalo nolak dibilang sombong


"Kamu mau bawa aku kemana? Pulang, kan? Jangan tinggalin aku di jalanan ya, aku gak tau arah jalan kerumah kamu."

Dafychi memainkan jari jemarinya ia takut Devano malah membuangnya ke tempat yang ia tidak tau atau bahkan ke tempat terpencil yang ada di muka bumi, atau ke hutan atau Devano akan membuangnya ke jurang, ke sungai, ke laut.

Hih! Membayangkannya saja membuat Dafychi bergidik ngeri tanpa ia sadari ia juga menggedikkan bahunya.

Mobil berhenti Dafychi melihat ke samping ternyata Devano sudah tidak ada dimana ia? tidak mungkin kan lelaki itu di ambil makhluk ghaib. Dafychi melihat kemudian melihat kedepan ternyata ia sedang berada di apotek, mungkin Devano ingin membeli obat.

Tentu saja memangnya apa lagi yang akan seseorang beli jika sedang berada di apotek tidak mungkin kan membeli ayam geprek.

Pintu mobil terbuka memperlihatkan pemuda tampan yang datang dan langsung duduk di kursi kemudi.
Devano langsung membuka barang belanjaannya tadi Dafychi memperhatikan saja ternyata lelaki itu membeli obat P3K, Dafychi baru tersadar akan luka-lukanya.

"Kenapa gak dibawa ke rumah sakit aja? "

" Mahal. "

"Sini tangan lo! " pinta Devano dengan tidak ramahnya.

" Hah!? " Dafychi yang sempat melamun terkejut dengan kalimat barusan.

" Tangan lo!" pinta Devano sekali lagi dengan ketidakramahan yang bertambah.

Dafychi mengulurkan saja tangan kirinya yang lecet di bagian telapak tangan. Dafychi terus memperhatikan Devano alisnya yang tidak tebal juga tidak tipis, hidungnya yang mancung dan tegas, bibirnya yang ahh.. Bibirnya Devano ternyata sangat menawan sepertinya bibir lelaki ini adalah salah satu bagian pada wajahnya yang membuatnya sangat tampan. Tatapan matanya juga terlihat tajam.

Sejak kapan Devano menatapnya?

"Ngapain lo liat-liat gue?" ternyata Devano sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan.

"Kamu ganteng." ucap Dafychi tanpa sungkan.

Devano menautkan kedua keningnya seumur-umur tidak pernah ada orang yang berani secara jujur dan langsung mengatakan bahwa ia tampan, ia sering mendengar orang-orang mengatakan hal itu tapi hanya bisik-bisik bukan secara langsung seperti apa yang dilakukan gadis di depannya ini.

Bahkan, Ranty saja tidak pernah mengatakan kalimat seperti itu. Ranty? Dev jadi ingat Ranty sejak sambungan telepon waktu itu ia sama sekali tidak menghubungi Ranty lagi.

"Heyyy... " Dafychi mencoba memanggil Devano yang tengah melamun.

" Ngapain ngelamun jadi makin ganteng tau."

Lelaki itu hanya menghela nafas.

"Lagi mikirin pacar ya?" tebak Dafychi.

Sekali lagi Devano dibuat diam gadis ini selain suka blak-blakkan ternyata juga bisa membaca pikiran orang. Devano memilih tidak menghiraukan Dafychi.

"Lagi berantem ya? " tebak Dafychi asal yang ternyata benar. Devano diam tidak menanggapi Dafychi.

" Gimana sih rasanya pacaran? Aku gak pernah pacaran soalnya." tanya Dafychi random ia melakukan hal ini agar mengalihkan detak jantungnya yang berpacu cepat, Dafychi akui berada di posisi sedekat ini dengan pria setampan Devano memang membuatnya deg-degan.

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang