D2 (64)

25 0 0
                                    

Yuhuuu yuk dinikmati lagi ceritanya

Vote dan komen selalu ditunggu

Happy reading!

Bagian Enam Puluh Empat

Ikhlas bukan berarti menjadi tidak tau diri dan enggan mengucapkan terimakasih



"Lapangan pekerjaan emang sekarang belum cukup, makanya banyak yang nganggur." Dafychi memberikan sedikit pengertian.

"Ya tinggal ciptain lapangan pekerjaan. " sahut Devano santai.

Mudah memang bagi Devano menciptakan lapangan pekerjaan karena ia sudah memiliki ini itu untuk melakukannya.

" Apapun itu saran aku lebih baik kamu ambil pekerjaan OB itu untuk sekarang itu lumayan loh. " saran Dafychi ia merasa sayang Devano menyia-nyiakan kesempatan itu.

" Lo tuh ngerti gak sih?! Gue itu pernah punya perusahaan gue lulusan S2 terbaik dikampus populer pula kerjaan jadi OB itu gak cocok buat gue. " Devano mulai emosi sulit sekali menjelaskan pada Dafychi dan membuatnya paham bahwa pekerjaan itu tidak cocok untuk dia.

" Gengsi?" tebak Dafychi.

Dafychi tersenyum rupanya Devano ini orang yang gengsian bagi Dafychi ini wajar mengingat kata Angga Devano sudah terlahir dari keluarga kaya raya ditambah saat lulus SMA ia sudah menduduki posisi sebagai pemilik sah dari perusahaan ternama.

Ia tidak pernah memulai dari hal kecil dari hal paling bawah Devano tidak pernah merasakan yang namanya proses karna semua sudah disiapkan semua serba ditata. Lulus SMA langsung masuk kampus populer dimana donasi terbesar dipegang keluarganya yang otomatis tanpa perlu banyak bacot ia langsung bisa masuk.

Terlebih sambil kuliah ia juga sah menjadi pemegang perusahaan besar tanpa perlu blablabla.

Mungkin karna itu Devano tidak bisa dan enggan menerima pekerjaan sebagai OB. Gengsi, yang baginya itu terlalu kecil untuknya yang memang memiliki gelar yang hebat dan pengalaman yang mumpuni.

Devano diam saja entah karna gengsi atau tidak yang pasti ia tetap bersikeras bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih dari itu dengan kemampuan yang ia punya.

"Kalo gak mau. Gimana kalo kamu buka usaha aja kayak yang kamu bilang tinggal ciptain aja lapangan pekerjaan. " Dafychi memberikan saran yang baik.

Devano terkekeh." Lo pikir berbisnis itu gak butuh modal apa?! modalnya  besar gue gak punya duit. " ia termenung sebentar." Kayaknya gue harus pinjem duit ke bank. "

Devano berpikir sebentar jika ia meminjam uang ke bank ia harus punya sesuatu sebagai jaminan dan sekarang ia tidak memiliki apa-apa sampai ia terbersit satu pemikiran.

" Gue pinjem penthouse lo sebagai jaminan hutang. " ujar Devano mantap. Saat ini tidak ada yang bisa membantunya kecuali Dafychi dan Devano yakin gadis itu pasti mau membantunya.

Gadis itu mau berkorban waktu untuk merawatnya selama sakit dan tetap mau menerimanya disini pasti gadis itu juga mau membantunya kali ini.

" No. " sahut Dafychi cepat. " Aku lebih baik memilih melihat kamu miskin sampai mati daripada menyerahkan apa yang sekarang jadi milik aku. "

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang