D2 (52)

23 0 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan follow dulu

Happy reading!

Bagian Lima Puluh Dua

Gak ada yang salah mereka impas adil, kan?

"Bangsat! lo tau lo manusia anjing manusia brengsek yang pernah gue temui! " teriak Devano dengan wajah merah padam.

"Apa kabar sama keluarga lo? Lebih anjing kayanya ketimbang gue." Angga menampilkan senyum smirk.

Kondisi Angga saat ini memang sudah babak belur wajah yang kebiruan dibeberapa bagian serta hidung dan sudut bibir yang mengeluarkan darah. Ia juga terlihat kesusahan bernafas.

" Siapapun orang yang mencoba merebut kebahagiaan gue itu sama brengseknya lo semua kaum anjing. " Devano menendang kaki Angga.

" Devano udah plis. " Teriakan Ranty tidak kalah dengan Devano.

" Lo gak berhak dapetin hatinya Ranty, manusia anjing kayak lo gak berhak dicintai. " Devano meludah kesamping tapi, tidak mengeluarkan air liur.

Raut wajah Dafychi sedikit berubah tapi, buru-buru ia mengembalikannya ke ekspresi semula menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Angga bangun berdiri dihadapan Devano sakit yang menjalar di tubuhnya tiba-tiba saja menghilang kalimat Devano membuat tatapan Angga berubah menjadi nyalang.

Tanpa berkata apapun Angga langsung menghajar Devano tanpa ampun memukuli lelaki itu dengan kuat bahkan, dua kali lipat jika dibandingkan dengan pukulan Devano padanya. Angga seperti orang yang kesetanan.

"Angga udah plis berhenti. Lo berdua bisa masuk rumah sakit. " Ranty kembali berteriak histeris.

" Gue mohon Ngga, Devano sahabat lo. " Ranty tidak berani untuk maju menghentikan Angga yang kesetanan dia perempuan dia takut jika nanti ia juga kena.

Devano tidak dapat berkutik wajahnya juga sudah babak belur bahkan, mungkin lebih dari wajah Angga darah juga keluar dibeberapa sudut wajahnya.

Angga menendang perut Devano membuat sahabatnya itu mengerang kesakitan.

"Gue paling gak suka ada orang yang nyakitin istrinya. " teriak Angga tepat di depan wajah Devano.

Melihat Dafychi yang diam tidak melakukan apapun tidak berusaha untuk melerai atau hanya mengatakan bahwa berhenti membuat Ranty frustrasi.

Ranty berpikir apa sih yang ada dalam benak perempuan itu sampai-sampai tetap diam dengan wajah biasa saja saat melihat perkelahian di depan matanya?

Wajah Angga dan Devano sama-sama berdarah sekarang.

"Lo bisa tolong bantu gue gak sih telepon polisi atau apa supaya mereka gak pukul-pukulan kayak gitu. " teriak Ranty dengan menarik lengan Dafychi.

Dafychi kembali menarik lengannya gadis itu menghela nafas.

" Kalau aku telpon polisi mau pacar kamu masuk penjara?" ujar Dafychi dengan santai.

"Setidaknya lo bantuin gue buat melerai mereka. "

" Emang kamu tadi melerai mereka. Kamu kan dari tadi cuman teriak aja." Dafychi memandangi Ranty dari atas sampai bawah.

" Ya karna gue takut gue cewek mereka cowok dan mereka lagi pukul-pukulan bukan jambak-jambakan."

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang