D2 (39)

42 0 0
                                    

Kita langsung aja ya ke cerita 😬😬

Vote dulu sebelum membaca

Happy reading!

Bagian Tiga Puluh Delapan

Seharusnya ada perjanjian hitam diatas putih


Ponsel Devano bergetar tanda bahwa ada yang menghubunginya ia memilih untuk mengecek sambil menunggu Iqbal meneruskan ucapannya. Satu chat dari Ranty, Devano langsung membalas dengan mengetikkan nama tempat makan dimana dirinya sedang berada.

Kebetulan tempat makan ini jaraknya dekat dengan salon yang dikunjungi Ranty barusan jadi, Ranty tidak akan membutuhkan waktu lama untuk menghampiri nya.

"Dev! " panggil seorang dengan nada lembut tapi tidak dilembut-lembutkan layaknya seseorang yang ingin dapat perhatian.

Sapaan biasa yang justru membuat Devano sedikit meremang seumur hidup baru kali ini Devano mendengar ada orang yang berbicara selembut tadi tapi, tidak di lebih-lebihkan.

Devano tentu tidak akan berpikir bahwa orang itu adalah Ranty karna dirinya hapal bagaimana suara Ranty.

Lelaki itu memalingkan wajahnya ia akhirnya dapat melihat siapa orang yang memanggil nya barusan. Devano mengenal nya, seorang gadis yang ia nikahi seminggu yang lalu seorang gadis yang bahkan belum ia kenal namanya atau bahkan dirinya belum pernah melihatnya sekalipun tapi, dengan bodoh nya Devano malah mau menikah dengannya.

Gadis yang Devano harap tidak akan bertemu dengannya lagi malah sekarang ada disampingnya menyapanya bukankah Devano pernah mengatakan untuk tidak saling kenal satu sama lain jika satu saat bertemu dan itu ada dalam perjanjian yang sudah disepakati mereka berdua.

Mungkin gadis ini lupa atau pura-pura lupa mengingat baru kemarin mereka membuat kesepakatan satu sama lain tapi kenapa gadis ini malah menyapanya. Devano menyesal karna tidak membuat perjanjian hitam di atas putih beserta materai yang dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak.

Dirinya berpikir mungkin tidak akan lagi bertemu dengan Dafychi karna ia memberikan gadis ini apartemen yang jauh dari kediamannya dan mall ini juga jauh dari kediaman Dafychi ternyata dunia memang sesempit itu.

Devano memperhatikan Dafychi dari atas sampai bawah sangat kentara sekali perbedaan yang terjadi pada gadis itu jika kemarin pakaiannya lusuh dan gak banget sekarang dirinya memakai dress berwarna pink muda dengan panjang sampai lutut dengan pita yang menghiasi pada bagian bawah leher dengan ujung yang menjuntai. Bukan dress ketat tapi dress yang pas dengan tubuhnya beserta lengan baju yang panjang.

Dafychi juga memakai tas berwarna putih dengan tali rantai yang ia letakkan pada bahu kanannya. Sepatu flat shoes warna senada dengan aksen tali juga menghiasi kakinya. Rambut yang di kuncir ekor kuda tampak halus seperti habis di salon.

Penampilannya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dari yang sebelumnya ia temui. Apakah Devano terpesona? Tidak! Sama sekali pemuda itu tidak terpesona akan penampilan Dafychi ia malah mengangkat satu sudut bibir ke atas menampilkan senyum smirknya tipis hampir tidak terlihat, senyum itu  hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang sudah lama berada di samping lelaki itu seperti  Angga dan Iqbal yang menyadari hal itu.

Jangan lupakan bahwa Devano lebih suka dengan wajah datarnya daripada mengeluarkan ekspresi bahkan dengan Ranty pun dirinya juga jarang mengeluarkan ekspresi hanya senyum kecil yang tulus.

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang