D2 (20)

54 5 8
                                    

Happy reading!

Bagian Dua Puluh // Mengobrol

Ini jaman sudah modern bukan jaman Siti Nurbaya




Ranty dan Devano menikmati pelukan hangat yang tersalur ke tubuh mereka masing-masing hingga Ranty lebih dulu melepaskan pelukannya yang langsung mendapat desisan dari Devano.

"Ssstt..kenapa dilepas? " tanya Devano yang kembali memeluk Ranty. Ranty memilih untuk menuruti saja jujur ia merindukan lelaki di dekapannya kini walaupun baru seminggu tidak bertemu apalagi Devano.

Sebelum-sebelumnya Devano memang pernah tidak bertemu dengan Ranty bahkan dalam jangka waktu yang lebih lama bahkan mereka pernah tidak bertemu selama sebulan karena kesibukan Devano tapi entah mengapa kali ini berbeda walaupun mereka tidak bertemu selama seminggu terakhir tapi rasanya lebih lama dari itu.

Devano janji jika ia sudah menikah ia akan meluangkan banyak waktu untuk Ranty ia akan membayar semua waktu yang terbuang yang harusnya ia habiskan bersama Ranty malah ia habiskan untuk sesuatu hal yang lain.

"Maafin aku ya kalau selama ini aku sibuk ngurus bisnis aku bahkan setahun terakhir aku lebih banyak ngurus ini itu dan meluangkan waktu sama temen-temen aku dibanding sama kamu padahal sebelumnya aku janji aku gak bakalan biarin waktu kita bersama terbuang untuk sesuatu yang lain." ucap Devano sungguh-sungguh.

"Kamu tuh ngomong apa sih. Selama ini kan kalau kamu gak sama aku ya kamu ngurus bisnis dan quality time bareng sama temen kamu itu namanya bukan buang-buang waktu Dev. Kecuali kamu buang-buang waktu untuk hal-hal yang gak penting toh selama ini kamu selalu kabarin aku kalau kamu lagi gak bisa sama aku." sahut Ranty.

"Untuk saat ini bisnis kamu perusahaan kamu itu lebih penting Dev itu peninggalan ibu kamu, jangan sampai apa yang ibu kamu amanahkan sama kamu malah kamu sia-sia in... "

"... Kalau sama temen-temen kamu aku rasa juga itu penting Dev aku gak pengen jadi pacar yang posesif yang apa-apa gak boleh yang setiap waktu harus sama aku mulu nanti yang ada kamu kesel lagi sama aku." Ranty menatap Dev dengan bibir yang ia majukan sedikit membuat wajahnya terlihat imut dimata Dev.

Devano mencium kening Ranty. "Saat ini gak ada yang lebih penting selain kamu Ranty.."

Ranty yang mendengar hal itu tentu menyunggingkan senyum manisnya tapi tiba-tiba ia teringat akan sesuatu tadi ia hendak menanyakan tapi Devano malah kembali menariknya ke dalam pelukan pria itu.

"Kamu bilang kamu nikah sama dia karna papa ngancem kamu gak bakal dapet harta warisan. Maksud aku kamu kan punya perusahaan dari ibu kamu kenapa kamu malah mau warisan dari papa kamu. Terus kamu juga tadi bilang kamu gak mau bikin aku susah padahal kan kalaupun kamu gak dapet warisan papa kamu kamu masih punya banyak bisnis dan juga perusahaan mama kamu yang kamu pegang sekarang."

Devano melepaskan pelukannya dan memperbaiki posisi duduk yang sebelumnya menghadap Ranty kini menghadap ke depan dengan tubuh yang bersandar di sandaran sofa.

"Aku gak tau gimana ceritanya tapi yang pasti papa masih memegang kendali akan perusahaan mama jadi ya walaupun perusahaan itu dikasih ke aku tapi papa tetep bisa ngambil perusahaan itu kapan aja..."

"...Dan, itu semua masuk ke dalam ancaman papa kemarin kalau aku gak nikah sama perempuan itu Papa bakal ambil semuanya. Kalau semuanya diambil aku gak punya apa-apa lagi Ran." Devano menjelaskan semuanya dengan mata terpejam dan sebelah tangannya ia pakai untuk menyangka kepala.

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang