D2 (60)

32 0 0
                                    

Sebelum baca vote dulu, jangan lupa komen in line dan follow.

Happy reading!

Bagian Enam Puluh

Jangan terlalu benci pada seseorang kita tidak tahu kapan kita membutuhkannya





Dafychi kembali ke rumah sakit tempat Devano dirawat tadi sebelum masuk ke ruang inap Dafychi lebih dulu menemui dokter yang menangani Devano. Dokter mengatakan bahwa Devano harus dirawat semalaman dan besok baru boleh pulang.

Dafychi menatap Devano yang memalingkan wajahnya ke kanan entah enggan melihat Dafychi atau memang dari sebelum Dafychi datang laki-laki itu sudah seperti ini.

"Dev, kata dokter kamu harus dirawat sampai besok baru boleh pulang aku akan jagain kamu. " ujar Dafychi sambil duduk di kursi sebelah brankar.

" Gue mau pulang. " ucap Devano datar dengan mata yang menatap kosong ke depan.

" Turutin aja apa kata dokter. "

Devano bangun dengan sekuat tenaga ia melepas paksa infus yang jarumnya sedang tertancap di punggung tangannya dengan sedikit meringis menahan sakit di tubuhnya.

Ia berusaha untuk turun dari brankar dan mencari pakaiannya untuk mengganti dengan pakaian yang saat ini tengah ia gunakan. Pakaian khas rumah sakit.

Dafychi diam saja tidak bergerak tidak berusaha untuk membantu ia hanya melihat saja apa yang ingin dilakukan suaminya ini.

Devano juga tidak peduli ia tidak menginginkan gadis itu membantunya.

Setelah berganti pakaian di kamar mandi Devano langsung beranjak menuju pintu.

"Kamu punya uang untuk bayar administrasi? " tanya Dafychi.

Devano diam sebentar tangannya yang ingin membuat knop pintu tergantung diudara.

Pertanyaan Dafychi membuat Devano bingung ia harus membayar pakai apa dia tidak memiliki uang, seratus ribu mana cukup.

Dafychi berdiri berjalan menghampiri Devano dan membuka pintu, tadi suaminya mengatakan jika ia ingin pulang dan Dafychi tidak akan memaksa agar lelaki itu mau dirawat inap karena Dafychi juga bukan tipe orang suka dipaksa.

Lagian lumayan Dafychi tidak perlu merogoh kocek lebih untuk biaya rumah sakit.

"Kenapa diam aja tadi, katanya mau pulang. Ayo, biar aku yang urus administrasi nya. " Dafychi tersenyum dan mempersilahkan Devano untuk berjalan lebih dulu.

Malu, tentu itu yang dirasakan Devano seumur-umur tidak pernah ia dibayarkan oleh orang lain dalam hal apapun.

Dafychi mengurus administrasi sedangkan, Devano langsung melenggang pergi keluar rumah sakit. Bagi Devano rumah sakit adalah salah satu tempat yang ingin ia hindari ada kejadian yang membuatnya trauma dan selalu membayangi dirinya saat berada ditempat ini.

Kehilangan dua orang yang berharga dalam hidupnya.

Dafychi tetap mengawasi Devano tidak ingin kehilangan jejak suaminya itu. Setelah menyelesaikan administrasi ia mengikuti Devano dari kejauhan mengikuti ke mana pun langkah pria itu.

Devano terus berjalan tanpa menengok kebelakang ia tidak peduli apakah Dafychi akan mengikutinya atau tidak tujuannya saat ini adalah rumah Ayahnya yang bisa dibilang tidak terlalu dekat atau bahkan terlalu jauh. Devano tidak berusaha menyetop taksi atau angkutan umum karena ia takut tak cukup membayar.

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang