D2 (10)

63 11 7
                                    

Happy reading!

Bagian Sepuluh // HP

Iya, tau memang tampan tapi, tidak perlu tebar pesona seperti barusan


Mobil Devano terus melaju di aspal jalanan Dafychi yang sedari tadi menundukkan kepala kembali tersadar dari lamunannya ia melihat ke arah samping. Damn! Devano menekuk tangan kanannya dan menyandarkan siku ke bagian pintu mobil sambil menopang kepalanya sambil sesekali mengusap rambutnya kebelakang.

Devano memang belum memotong rambutnya jadilah bagian depan rambutnya panjang mungkin besok ia akan memotong rambut ke salon langganannya rencananya sih sehabis makan siang ini tapi, sepertinya tidak mungkin karena sehabis ini ia harus kembali dengan kesibukan diantaranya, tentunya setelah menyelesaikan urusannya dengan Dafychi.

Sedangkan Dafychi mengutuk keras-keras pria disampingnya ini bisa-bisanya Devano tebar pesona dengan melakukan hal yang bagi Dafychi membuat ketampanan Devano makin tidak ada akhlak. Mentang-mentang ganteng. Iya, Dafychi tahu Devano memang tampan tapi tidak perlu juga tebar pesona seperti yang barusan dilakukan.

Ternyata tidak hanya sampai disitu saja Devano juga memainkan bibir dengan cara melihat bibir atas dan bibir bawahnya kedalam.

"Idih.. sok tebar pesona." Dafychi tidak tahan untuk mengumpat pria disampingnya untung ganteng, untung tajir jika tidak mungkin Dafychi sudah memukul bahu lelaki disampingnya ini karna bisa-bisanya membuat jantung Dafychi kembali berdegup hanya karena dua adegan yang barusan Devano lakukan.

"Siapa yang lo maksud tebar pesona? " rupanya Devano mendengar umpatan Dafychi.

" Cepetan kasih aku duit sama tempat tinggal aku udah gak tahan deket-deket sama kamu, aura kamu bikin aku jadi deg-degan jantung aku gak aman kalo sama kamu."

Devano yang mendengar itu hanya memutar bola mata kekanan seraya mengangkat alis sebelah kiri tak lupa helaian nafas kecil keluar dari hidungnya.

Dafychi yang melihat itu Lagi-lagi dibuat deg-degan bisa-bisanya hanya karena satu alis terangkat ketampanan dan aura seorang Devano bertambah.

"Iihh... Kamu tuh ⚊ ckk .. Cepetan nyetirnya." Dafychi rasanya sudah tidak tahan berada didekat Devano. Dulu ia pikir berada didekat orang ganteng plus tajir bisa membuat bahagia kalau begini bukannya bahagia malah bikin senam jantung.

"Gue juga gak mau deket sama lo aura lo negatif. " ucap Devano.

Devano menghentikan mobil mewahnya di depan sebuah toko handphone. "Lo diem disini!"

Ia langsung keluar mobil dan masuk ke dalam toko yang menjual berbagai macam jenis hp mulai dari yang biasa sampai yang harganya bisa untuk makan beberapa bulan bagi orang bawahan.

Devano melihat-lihat deretan hp yang terpajang di etalase toko.

"Mau nyari apa, mas?" tanya seorang laki-laki yang terlihat lebih muda dari Devano.

"Saya mau beli hp yang ini." tunjuk Devano pada salah satu hp berwarna putih. Ia tidak perlu membelikan Dafychi hp keluaran terbaru cukup ponsel keluaran yang sebelumnya.

"Saya bungkus dulu ya, mas tunggu sebentar." karyawan tersebut mengambil hp yang diinginkan Devano dan pergi sebentar untuk mengurus nota pembelian. Devano mengangguk sekenanya.

"Sekalian sama kartu perdananya bisa, gak?"

"Bisa mas, mas nya mau kartu perdana apa?"

"Apa aja yang penting bisa digunain."

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang