Happy reading!
PROLOG
Saya tidak berhak tapi saya bisa
Drrtt...
Getaran ponsel menginterupsi kegiatan seorang pemuda di balik layar laptop nya.
Matanya mengarah pada ponsel yang terletak dimeja melihat nama yang tertera dilayar ponsel dengan wajah sedikit bingung.
Tumben! Ujar pemuda itu dalam hatinya.
Memang tidak biasanya ayahnya menelpon nya mengingat hubungan mereka yang sudah tidak terjalin dengan baik sejak lama.
Awalnya ia berusaha untuk tidak terganggu mengatur ponsel nya ke mode diam namun, ponsel nya tersebut terus menyala dengan menampilkan nama yang sama dilayar.
Daripada terus mengganggu pekerjaannya pemuda bernama lengkap Devano Nanendra Wiratama itu memilih untuk mengangkatnya.
Devano begitu biasa ia dipanggil menempelkan benda pipih itu ke telinganya tanpa menyapa ia lebih memilih mendengarkan apa yang akan dikatakan ayahnya.
Ayahnya menyuruhnya untuk ke rumah setelah sekian lama sejak Devano berumur 18 hingga sekarang ia sudah menginjak 27 tahun baru kali ini Ayahnya menyuruhnya untuk ke rumah mereka dulu.
"Kalo hari ini kamu gak dateng ke rumah saya bakal ambil semua aset mama kamu yang sekarang ada ditangan kamu. "
Hampir saja Devano membanting ponsel nya ke lantai.
Ia segera meraih kunci mobilnya dan berlalu untuk pergi ke rumah Ayahnya. Selama ini memang mereka sudah tidak tinggal serumah.
****
Mobil Devano masuk ke pekarangan rumah yang sangat luas bahkan, mungkin luasnya bisa untuk menampung beberapa bangunan rumah minimalis.Ia memencet bel hingga keluar seorang wanita paruh baya yang ia kenal.
"Eh.. Nak Devano! Apa kabar? Akhirnya nak Devano pulang. " sapa wanita itu dengan sumringah.
" Pa Tama ada? " tanya Devano dengan seluas senyum tipis.
" Ada. Ayo masuk! " wanita itu mempersilahkan.
Saat memasuki rumah tidak ada perubahan signifikan didalamnya mungkin ada beberapa hiasan seperti lukisan atau yang lainnya yang sudah diganti.
Devano langsung masuk ke ruang kerja ayahnya.
" Mau apa? " tanya Devano tanpa basa-basi setelah sampai dihadapan ayahnya.
" Begini kamu yang sekarang setelah lama gak pulang ke rumah main sama anak jalanan. Gak punya sopan santun. " bukan Ayahnya tapi, ibu tirinya yang mengatakan hal itu.
" Kamu keluar dulu! Saya ingin bicara sama dia. "
Ibu tiri Devano mengangguk menuruti permintaan suaminya.
Setelah hanya tinggal mereka berdua yang ada diruangan ini ayah Devano langsung berbicara pada intinya.
" Saya mau kamu menikah minggu depan! Tidak ada penolakan!" ujarnya dingin.
"Itu bukan urusan Anda. "
Nada bicara Devano tidak kalah dinginnya tidak ada interaksi hangat yang biasanya terjadi antara ayah dan anak.
" Menikah minggu depan dengan perempuan pilihan saya atau semua harta kamu saya ambil dan kamu gak dapat harta warisan. "
" Harta yang saya punya itu harta ibu saya Anda gak berhak untuk mengambilnya. "
" Saya gak berhak tapi, saya bisa. Sebelum ibu kamu meninggal harta tersebut masih atas nama saya kemudian saya berikan sama kamu... "
Ayah Devano berbalik menatap dingin anaknya."...jadi, silahkan pilih mau menikah dengan perempuan pilihan saya atau semuanya habis tak bersisa."
Devano mengepalkan tangannya setelah sekian lama mereka tidak mencampur urusan satu sama lain dan sekarang ayahnya mencampuri kehidupannya.
Pemuda itu keluar tanpa pamit dan langsung melenggang masuk mobil dan meninggalkan rumah yang menjadi tempatnya sedari bayi sampai remaja.
****
Semoga suka sama ceritanya dan kalian mau mengikuti sampai epilog. 😄😄Jangan lupa untuk tinggalkan vote dan comment karna itu sangat berharga bagi author.. 😊😊
Menurutku sih cerita ini berbeda dari cerita perjodohan yang pernah aku baca sebelumnya..
So, lanjutin untuk baca ceritanya.
Numpang promosi juga guys series kedua judulnya 182 hari, ceritanya Angga dan series ketiga judulnya SiBal, ceritanya Iqbal

KAMU SEDANG MEMBACA
D2 [complete] || Series Ke-1
Fiction généraleDevano mau tidak mau harus menuruti kemauan ayahnya menikah dengan gadis SMA bernama Dafychi yang tidak ia kenal jika ingin warisan ibunya aman. Begitupun dengan Dafychi ia mau tidak mau harus menuruti kemauan ayahnya. Devano yang tidak mengingink...