D2 (18)

48 6 4
                                    

Happy reading!

Bagian Delapan Belas//Tamparan

Bagaimana bisa meminta maaf pada laki-laki yang sudah mengkhianatinya?



Tak ada jawaban dari mulut Ranty dan sepertinya Ranty juga enggan untuk menjawab sapaan Devano. Yang dilihat oleh Devano saat ini hanyalah air mata yang tergenang di mata cantik kekasihnya itu.

Devano kembali mencoba membuka suara berharap kali ini Ranty mau menjawab sapaan nya.

"Ak⚊ " baru saja kalimat itu akan keluar dari mulut Devano sebuah tamparan berhasil mendarat dipipi pria itu.

Devano memejamkan matanya, merasakan tamparan yang sayangnya tidak berarti apa-apa baginya. Tamparan yang Ranty berikan tidak akan ada apa-apanya jika dibanding dengan rasa sakit yang sudah Devano berikan pada Ranty.

Menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan Ranty langsung gelagapan dirinya melihat tangan kanan yang ia gunakan untuk menambah pipi kekasihnya.

"De.. Dev.. Devano ma..afin aku, aku.. gak se..sengaja..." Ranty mengucapkan kalimat tersebut dengan gugup dan nafas yang tidak beraturan. Sungguh ini semua diluar kendalinya ia benar-benar tidak sadar sudah melayangkan sebuah tamparan pada orang yang ia cintai.

Mendengar kata maaf yang terucap dari bibir manis kekasihnya membuat jantung Devano berdegup kencang, hatinya seperti teriris benda tajam. Kata maaf dari Ranty justru membuat hatinya semakin sakit dan dirinya diliputi rasa bersalah.

Bagaimana mungkin Ranty meminta maaf kepada laki-laki yang jelas-jelas sudah mengkhianatinya walaupun Devano tidak bisa dikatakan berkhianat karena semua ini adalah perjodohan yang diatur Ayahnya.

Devano membuka mata dan saat itu juga dirinya langsung memeluk tubuh tubuh ramping kekasihnya membawa Ranty dalam dekapan tubuh atletisnya.

Ranty yang tubuhnya dipeluk tidak melakukan apa-apa ia hanya diam membekukan ditempat air mata yang sedari tadi ia tahan langsung keluar begitu saja saat merasakan tubuh yang selalu membuatnya nyaman kini memeluknya, menyandarkan kepala pada dada bidang yang selama ini selalu membuatnya tak ingin melepaskan pelukan tersebut.

Namun, itu semua tak berlangsung lama pikiran Ranty langsung teringat pada video yang seminggu lalu dikirim oleh Angga.

Video pernikahan Devano dengan perempuan bernama Dafychi mengingat itu Ranty langsung memberontak ia memukul dada Devano berusaha untuk melepaskan diri bukannya melepaskan Ranty, Devano malah semakin mengeratkan pelukannya.

Tak berhenti sampai disitu Ranty kemudian memukul bagian belakang tubuh Devano dan lagi-lagi Devano semakin mengeratkan pelukannya membuat Ranty menyerah dibuatnya.

Ranty tahu semua usahanya untuk melepaskan diri dari pelukan Devano akan berakhir sia-sia karena selain tenaga Devano yang tentu lebih kuat dari dirinya tak bisa dipinggiran bahwa Ranty sangat merindukan pelukan hangat dan aroma minta yang keluar dari tubuh kekasihnya.

Lelah Ranty memilih menangis dipundak Devano membenamkan wajahnya disana menangis sejadi-jadinya.

Sedangkan Devano sedari tadi ia hanya diam ia hanya ingin memeluk kekasihnya berusaha menenangkan Ranty yang sedang kalut pukulan yang diterima Devano tidak akan membuat pria itu melepaskan pelukannya begitu saja.

Tak hanya Ranty yang merindukan pelukan hangat dan aroma tubuh Devano tapi Devano juga ia sangat rindu akan kehangatan dan aroma lavender yang selalu masuk ke indra penciumannya setiap kali berada didepan Ranty.

D2 [complete] || Series Ke-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang