Happy reading!
Bagian Dua belas // Bank
Wajah tampan tidak menjamin akhlakul karimah
Kini tibalah giliran yang ditunggu-tunggu oleh dua insan yang duduk dibangku berbeda dimana yang satu duduk dibangku depan dan yang satunya lagi duduk dibangku belakang.
Ketika melihat pemuda didepannya berdiri Dafychi langsung mengalihkan tatapan nya ke arah Dev.
"Berapa duit yang lo mau?" tanya Devano yang sudah berbalik menatap Dafychi.
Dafychi mengangkat kaki sebelah kanan dan menaruhnya pada kaki sebelah kiri tak lupa ia juga melipat kedua tangannya didepan dada kemudian tangan kanannya ia gunakan untuk menopang dagu.
Dirinya nampak berpikir berapa kira-kira uang yang harus ia minta pada pemuda kaya raya ini. Ia tidak akan meminta seratus atau dua ratus ribu pasti angka segitu sangat murah dimata Devano mengingat untuk membeli HP saja Devano tidak segan-segan mengeluarkan uang belasan juta.
Melihat tingkah laku Dafychi, Devano merasa muak tidak bisakah langsung sebutkan berapa uang yang dia inginkan kenapa harus banyak berpikir dengan gaya seakan-akan dia adalah perempuan yang cantik dan berkelas.
Merasa waktunya terbuang 3 menit Devano langsung berbalik namun saat ia hendak melangkahkan kaki Dafychi langsung menyebutkan nominal yang membuatnya tidak terkejut hanya mengangkat sebelah alisnya kemudian kembali membalikkan badan nya kearah semula yaitu menghadap Dafychi.
"Semua harta kamu! " ujar Dafychi singkat, padat, dan jelas."
Devano menatap Dafychi intens begitu juga sebaliknya, Dafychi juga tidak mau kalah ia juga ikut-ikutan menatap Devano secara intens sampai akhirnya suara pegawai bank yang terus- menerus menyebutkan nomor antrean mereka menghentikan acara tatap-tatapan dua orang yang saling tidak mencintai.
Ketika Dafychi mulai berpikir berapa kira-kira nominal uang yang diinginkan dirinya justru dilanda kebingungan, bingung berapa kira-kira jumlah uang yang pantas ia minta pada seorang pemuda kaya raya yang bahkan rumahnya saja bisa untuk membangun sepuluh atau bahkan lebih rumah minimalis.
Satu juta? Dua juta? Tidak, angka itu terlalu sedikit pastinya untuk Devano , enak saja dirinya harus keluar dari rumah besar Devano , berpura-pura bahwa ia tidak memiliki hubungan dengan lelaki itu dan bahkan berpura-pura tidak saling mengenal padahal Dafychi sangat ingin melanjutkan kisah hubungan mereka masa, hanya minta satu juta? Pasti uang segitu sangat kecil bagi Devano yang membeli Hp saja seharga 17 juta.
Dafychi tersenyum setelah beberapa saat berpikir ia sudah menemukan jumlah yang pas, daripada ia bingung memikirkan berapa jumlah uangnya lebih baik ia minta seluruh harta kekayaan Devano . Lagu pun lelaki itu kan punya perusahaan kalaupun Devano memberikan seluruh uangnya Devano masih bisa menghasilkan uang dari perusahaannya.
Dafychi jadi membayangkan habis ini ia pasti bisa beli baju bagus dipasar, makan-makanan enak ayam goreng, bakar atau bisa makan-makanan bule pizza, burger. Ahh.. Dafychi pasti akan hidup enak habis ini.
Namun, sepertinya alam tidak merestui keinginan Dafychi dimana saat ia mengucapkan keinginannya kalimat yang keluar dari mulut Devano sangat amat sarkas.
Dafychi tidak percaya pemuda tampan nan kaya raya seperti ity justru mengatakannya. Benar, apa kata Dafychi wajah tampan tidak menjamin memiliki akhlaqul kalimat.
"Lo sinting !" tunjuk Devano ke arah Dafychi dan beranjak ketempat yang dituju.
Kaget dengan dua kata yang diucapkan Devano , Dafychi refleks menunjuk ke arah dirinya sendiri sambil berkata "Gue sinting!?" namun hanya sekedar gerakan bibir tanpa ada suara yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
D2 [complete] || Series Ke-1
General FictionDevano mau tidak mau harus menuruti kemauan ayahnya menikah dengan gadis SMA bernama Dafychi yang tidak ia kenal jika ingin warisan ibunya aman. Begitupun dengan Dafychi ia mau tidak mau harus menuruti kemauan ayahnya. Devano yang tidak mengingink...