Rombongan itu berjalan menuju pedesaan kecil yang miskin, meskipun pakaian yang dikenakan Lin SuYin dan Zhang Junqing tidak begitu bagus, tapi kenyataannya kain goni itu cukup mewah di mata penduduk desa. Lin SuYin setuju untuk mengumpulkan energi alam, tapi dia membutuhkan tempat yang nyaman untuk berkultivasi.
"Menurutmu ada penginapan di tempat ini?" Jenderal Xu sangsi.
Mereka telah memasuki jalanan desa yang sempit, orang-orang bertubuh kurus memandang mereka dengan tajam, menyiratkan permusuhan yang kuat. Lin SuYin menangkap hal itu dan bergumam heran, "Kenapa mereka menatap kita seperti itu?"
"Mereka mungkin mengira kita dari ibukota." balas Zhang Junqing, "Yin, apa kamu memperhatikan? Tanah ini semula tidak setandus ini, ada banyak bekas-bekas pepohonan."
Lin SuYin memperhatikan sekelilingnya dan memang menemui beberapa bekas perkebunan yang kini kering-kerontang, padi-padi tidak tumbuh, meninggalkan permukaan tanah yang retak karena suhu ekstrim. Ada banyak bekas pertanian dan tampaknya tidak ada satupun yang tersisa. Menandakan tempat ini dahulunya merupakan desa agraris.
"Tebakanku energi alam di sekitar sini terpengaruh dengan keberadaan energi Yin besar hingga menyebabkannya kering." lanjut Zhang Junqing mengungkap hipotesisnya, "Tentang Kaisar mereka yang menjadi praktisi iblis sudah menjadi rahasia umum dan selama bertahun-tahun mereka menyimpan dendam karena apa yang terjadi pada tanah mereka tidak lain disebabkan oleh Kaisar bodoh itu. Itu sebabnya mereka memusuhi semua orang yang berasal dari Ibukota."
"Ngomong-ngomong aku penasaran bagaimana bentuk ibukota Kerajaan Hainan." seru Lin SuYin.
"Ah." Jenderal Xu mendengus, "Tempat itu juga sama jeleknya, perang saudara dimana-mana dan pajak yang besar membuat banyak orang menderita. Hampir semua orang Istana juga pratisi iblis membuat wilayah itu diselimuti energi Yin yang membuat siapapun merasa tidak nyaman. Pemerintahan juga kotor dan korup, energi setan itu tampaknya membuat semua otak pejabat mereka berkabut."
"Contohnya lihatlah orang-orang ini, tanah mereka kering dan Kerajaan tidak mengirim utusan apapun untuk menolong mereka. Aku tidak begitu menyukai Kaisar Nian Zhen, tapi kerajaan kalian jauh lebih baik."
Lin SuYin menghembuskan napas, kemudian dia mendengar langkah kaki samar dari belakangnya lalu reflek berbalik. Anak kecil berwajah putih namun kotor penuh debu memandang mereka penuh ketakutan. Tangannya yang kurus seperti tulang dibalut kulit tertahan di udara, dia menunduk tertangkap basah.
Mata Lin SuYin menyipit dan dia perlahan menutupi kantong kecil di ikat pinggangnya. "Pencuri amatir." gumamnya membuat anak itu gemetaran.
Anak itu menunduk, menangis, "Maaf kak, aku hanya ingin makan."
Zhang Junqing menyadari kekasihnya tidak ada di sampingnya dan berhenti, berbalik dan melihat Lin SuYin tampak berhadapan dengan seorang anak kecil menyedihkan. Pria itu mendekat dan bertanya, "Yin, apa yang terjadi?"
"Anak ini mau mencuri." jawab Lin SuYin lugas.
Anak itu melihat pria tinggi besar dan tampan yang terlihat sangat kuat, kakinya seketika gemetaran. "Aku hanya ingin meminta makanan kak, aku lapar, aku belum makan selama tiga hari."
Lin SuYin tidak sedikitpun marah dengan apa yang dilakukan bocah itu, terlebih bocah ini terlihat sangat menyedihkan. Pria cantik itu berpikir sejenak lalu mendapatkan ide, "Nah bocah, apa kamu tahu penginapan atau mungkin rumah yang dapat ditinggali di tempat ini? Jika kamu tahu dan bisa membawa kami kesana, kakak tampan ini akan memberimu uang."
Anak itu terkejut, matanya seketika berbinar lalu meredup kembali, "Tapi kak, tidak ada penginapan di tempat ini." Bocah itu berkata ragu, "Kecuali jika kakak sekalian mau tinggal dirumahku sementara waktu. Aku kebetulan tinggal sendirian."
Lin SuYin melirik Zhang Junqing, meminta pendapatnya. Zhang Junqing mengangguk dan Lin SuYin pun setuju. "Baik, antar kami kesana."
Tiga orang itu akhirnya mengikuti anak malang itu menuju rumahnya. Setelah berkenalan, Lin SuYin mengetahui nama anak itu adalah Gu Bin, orangtua Gu Bin mulanya adalah seorang petani tapi baik ibu dan ayahnya terserang penyakit dan kelaparan hingga meninggal, meninggalkan Gu Bin sendirian menjadi yatim piatu di usia yang begitu muda.
Rumah Gu Bin terletak di ujung desa, di belakang pohon kaktus setinggi hampir dua meter. Rumah itu terbuat dari kayu tipis berkualitas rendah dengan atap-atap jerami. Hanya ada dua ruangan di dalamnya, yaitu kamar tidur dan ruang tamu yang berhadapan dengan pintu masuk.
Zhang Junqing memperhatikan sekelilingnya, tampak menimbang-nimbang lalu mengeluarkan sebutir koin emas dari cincin penyimpanannya dan memberikannya pada Gu Bin, "Kami ingin menyewa kamar tidur itu untuk satu hari, bisakah?"
Tangan Gu Bin yang menerima koin emas itu gemetar, dia menelan ludah karena seumur hidupnya belum pernah melihat uang sebanyak ini. Bahkan saat orangtuanya masih ada, sangat jarang bagi mereka untuk memiliki sepotong perak dan sekarang, seseorang entah darimana datang ingin menyewa kamar jeleknya untuk satu hari dan membayar dengan emas.
Ditengah keraguannya, Gu Bin mencicit, "Kakak besar, aku tidak punya kembalian, ini sangat banyak..."
"Itu semua untukmu, tidak perlu mengembalikan sisanya." sela Zhang Junqing, "Tapi kamu mau tidak mau harus tidur di ruang tamu, karena kamar itu akan digunakannya seorang diri." katanya menunjuk Lin SuYin.
Gu Bin sangat senang dengan uang itu, dengan sepotong emas, dia tidak perlu kelaparan selama satu tahun penuh. Jadi dia mengangguk dengan patuh, "Aku akan tidur di ruang tamu kak."
Zhang Junqing mengangguk puas.
Saat itu sudah siang hari dan perut Lin SuYin bergemuruh, mereka belum makan sejak malam tadi ditambah dia harus memuntahkan isi perutnya begitu keluar dari perut Jenderal Xu, "Bisakah kita mengisi perut, aku perlu energi sebelum berkultivasi."
Gu Bin seketika gugup, rombongan ini sudah membayar, bagaimana mungkin dia begitu tidak tahu diri tidak menyiapkan makanan. "...Aku akan memburu dan menyembelih unta."
"Tidak perlu, Nak." sela Jenderal Xu.
Tepat pada saat itu, Zhang Junqing mengeluarkan beberapa kentang dari cincin penyimpanan dan meletakannya di atas meja. Lin SuYin terkekeh dan menepuk pundak Gu Bi, "Kalau begitu bisakah bantu kami menyalakan api, Anak kecil."
Gu Bi menatap kagum cincin penyimpanan di jari Zhang Junqing lalu menelan ludah meliat tumpukan kentang di meja. Gu Bi lahir di waktu yang buruk, seluruh wilayah di Kerajaan Hainan disegel sehingga dia tidak pernah tahu ada yang namanya praktisi di dunia ini. Jadi ketika Gu Bi melihat Zhang Junqing mengeluarkan makanan dengan portal cincin penyimpanan, Gu Bi berpikir itu adalah sihir yang luar biasa.
Di siang hari yang terik, mereka membakar kentang di halaman belakang rumah Gu Bi. Lin SuYin bukan orang yang jahat dan menyerahkan satu kentang untuk Gu Bi makan. Anak itu sangat gembira dan memakan kentang itu dengan lahap.
"Aku pikir orang-orang dari Ibukota adalah orang yang jahat, tapi kalian sangat baik." kata Gu Bi, memakan kentang keduanya.
"Siapa bilang kami dari Ibukota." Lin SuYin terkekeh, membalik tongkat pemanggang dan melanjutkan, "Kami bukan orang Ibukota, kami hanya pengelana yang sial datang kemari."
"Pengelana?" mata Gu Bi berbinar, "Apa kalian sudah berkeliling dunia?"
Lin SuYin melihat binar mata Gu Bi dan hatinya gatal, "Tidak banyak, hanya tiga Kerajaan sejauh ini."
"Itu hebat!" seru Gu Bi girang, "Aku selalu memiliki impian bisa menjadi pengelana seperti kalian, lalu meninggalkan desa dan Kerajaan ini untuk melihat dunia yang luas."
Jenderal Xu mendengar itu dan sedikit mencibir, "Dunia luar tidak sebaik yang ada di pikiranmu anak muda. Aku sudah mengelilingi seluruh dataran di bumi ini dan semua itu membuatku bosan!"
Gu Bi terperanjat, membekap mulutnya tidak percaya, "Kamu mengelilingi seluruh dataran?"
Jenderal Xu, "............."
Bersambung....
Last Update : 17/09/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Guardian of Forest [Original Story]
FantasiWARNING [BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Mengandung Unsur Kekerasan dan LGBT. Homophobik dan reader dibawah usia 18 tahun dilarang mampir!! Lin SuYin tidak pernah mengenali orangtuanya. Dia hanya tahu bahwa ketika kecil, leluhur phoenix menyelamatkan dan me...