[117] Induk Serigala Tulang

2.9K 635 89
                                    

Dini hari itu tenang, namun sama sekali tidak membawa perasaan nyaman untuk semua orang. Para prajurit yang berjumlah kecil itu hampir tidak berani memejamkan mata, takut pihak musuh akan tiba-tiba meluncurkan serangan kejutan. Lin SuYin duduk di batu, menatap jauh pada celah dibalik bukit yang tandus. Sayap berwarna merah api dengan ekor seperti warna fajar matahari melesat kearahnya.

"Vermilion." Katanya begitu sosok binatang itu mendekat. Dia berubah muram. "Zizi benar-benar tidak kembali."

"Dia ditangkap pihak musuh." Kata Vermilion yang sudah berubah wujud manusianya. "Dengan kekuatannya, dia seharusnya bisa melepaskan diri dengan mudah. Tampaknya pihak musuh menyembunyikan kekuatan lainnya."

"Kami benar-benar meremehkan mereka." Kata Lin SuYin murung. "Kami hanya datang untuk membantu Le Hu dan mencari orangtuaku. Tapi berakhir serumit ini."

Vermilion tertawa dengan nada sinis. "Dia benar-benar berkorban banyak pada orang sepertimu."

Lin SuYin menghela napas, memikirkan hal serupa. "Kami seharusnya tidak bertemu."

Vermilion tertegun, dia menatap pemuda yang baru menginjak dewasa. Dibandingkan tahun lalu, pemuda itu tumbuh sedikit lebih tinggi. Wajahnya yang cantik jauh lebih menawan bercampur pada ketampanan yang anggun. Vermilion mengerutkan kening dan berkata tidak senang. "Yah seharusnya begitu."

Lin SuYin tertawa kecil. "Kamu jahat seperti biasa."

"Tapi semuanya sudah terjadi." Vermilion menatapnya dengan alis terangkat. Wajah angkuhnya masih sangat angkuh, namun di mata Lin SuYin. Tidak lagi menyimpan permusuhan. "Kamu hanya harus bertanggung jawab. Aku benci mengatakannya tapi dia jauh berubah."

"Maksudmu Qing?"

"Siapa lagi.." Vermilion mengangkat bahu. "Orang itu suram sejak kecil, dia seperti manusia tanpa emosi. Namun semenjak bertemu denganmu, aku bisa melihat banyak ekspresi baru darinya. Senang, sedih, marah.. semua itu, menakjubkan." Pemuda berambut merah menyala itu duduk di sisi batu lainnya, berbaring setengah malas. "Mungkin memang seperti itulah semua orang ketika bertemu orang yang kamu cintai."

"Vermilion pernah mencintai seseorang..ah!" seru Lin SuYin. "Selain Qing tentu saja."

"Tch!" Burung itu meliriknya. "Kenapa aku harus menceritakan itu padamu?"

Lin SuYin tertawa. "Kamu tidak mengatakan 'tidak' artinya kamu memang pernah punya, bukan?"

"Itu cerita lama." Vermilion menghela napas. "Bukan cinta, mungkin lebih tepatnya kekaguman pada seseorang. Dia kuat dan luar biasa."

Senyum Lin SuYin mengembang.

"Tapi.." Vermilion melanjutkan. "Dia mencintai orang lain."

Lin SuYin tersentak.

"Seseorang secantik kamu tidak mungkin pernah merasakannya, kamu berhasil di cinta pertamamu. Sungguh membuat iri."

"Lalu, dimana dia sekarang? Kamu tidak mengejarnya?" Lin SuYin bertanya.

"Tidak. Untuk apa? Leluhur mulia sepertiku tidak akan begitu putus asa karena kehilangan cinta. Lagipula kami berbeda, dia sudah menikah dengan rasnya bahkan memiliki seorang putera. Tapi, istrinya pasti sangat lemah. Dia merasakan karmanya dan mati dalam perang kecil. Sungguh menyedihkan."

Lin SuYin terkejut. "Dia.. mati?"

Vermilion tidak menjawab, matanya yang indah terpaku pada langit biru gelap. Seolah melukiskan sosok yang ada dalam memorinya di sana. Ada kemarahan namun juga kesedihan dalam tatapannya.

"Rasnya sendiri.." Mata Lin SuYin terbelalak. "Jangan-jangan..."

"Masuklah bocah, tuanku akan marah padaku jika membiarkan kekasihnya masuk angin karena angin subuh." Vermilion bangkit dari batu dan berjalan ke salah satu tenda. Di dalam tenda, tangan burung itu terkepal kuat penuh emosi. "Dimana kamu kucing bodoh!"

[BL] Guardian of Forest [Original Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang