23 : The Score

110 4 0
                                    

Juliet mendesah lega setelah rencananya mulai berjalan sesuai yang diharapkan. Matthew yang mendapatkan informasi tentang Oma yang pingsan pun kini telah pergi dengan tergesa.

Juliet tahu jika Matthew sesungguhnya sangat menyayangi wanita tua itu, meskipun saat ini hubungan mereka sedikit merenggang karena Matthew yang ingin menikahinya, wanita yang dibenci Oma.

Namun nyatanya, masih saja ada satu hal yang mengganjal dan agak melenceng dari rencana. Yaitu Darren yang ditugaskan oleh Matthew untuk mengawal dirinya kembali ke rumah. Seharusnya tidak begini, seharusnya Juliet pulang bersama supir seperti biasa.

Dia harus segera menangani Darren sebelumnya.

Suara pintu yang terbuka membuat Juliet yang sedang duduk di kursi Matthew sontak mendongak. Seorang lelaki bersurai coklat seperti Matthew tampak memasuki ruangan CEO dalam langkah santai dan senyuman yang tertuju kepada Juliet.

Ah, ini yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba. Sangat kebetulan sekali Darren yang mendatangi dirinya ke sini.

"Kukira siapa wanita yang sedang duduk di kursi CEO, ternyata calon Nyonya Matthew Wiratama," cetus Darren dengan kilat menggoda di manik birunya.

"By the way, kamu pantas sekali duduk di sana, Juliet."

Juliet tersenyum kecil kepada sepupu Matthew itu. "Thanks, Darren. Oh iya, Matthew bilang kalau kamu yang akan mengantarku pulang."

"Iya. Tapi sebelumnya kita harus ke rumah sakit dulu."

Juliet menatap Darren lurus-lurus. "Begini, Darren. Sebenarnya aku ingin sekali datang sekarang juga, karena aku ingin menemani Matthew melalui ini semua," tukas Juliet sendu.

Darren mengamati Juliet dengan ekspresi tertarik. "Jadi kamu ingin berangkat sekarang, ya? Tapi aku tidak bisa mengantarmu sekarang karena masih ada tugas dari Matthew yang harus kukerjakan."

"Tidak apa-apa, aku juga tidak ingin merepotkanmu, Darren. Aku bisa berangkat bersama supir ke Rumah Sakit."

Darren terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk pelan. "Kalau begitu baiklah jika kamu ingin berangkat sekarang. Biar aku yang drop ke rumah sakit, tapi aku harus kembali ke kantor lagi setelahnya."

Juliet hanya bisa terdiam dan tidak dapat berkutik saat Darren telah memutuskannya sendiri. Jika ia bersikeras mempertahankan pendapatnya, Juliet cemas kalau Darren akan curiga.

Mengelabui Matthew jauh lebih mudah dibandingkan Darren yang terlihat lebih waspada dan sering menatap dirinya dengan curiga.

"Baiklah, itu ide yang sangat bagus," sahut Juliet sembari tersenyum. "Tapi apa tidak merepotkanmu?"

"Tidak masalah. Lebih baik sedikit repot daripada terkena murkanya Matthew," tutur Darren dalam tawa kecil. "Kamu tahu sendiri bagaimana cemasnya dia padamu kan, Juliet? Dia benar-benar mencintaimu."

Juliet menangkap sekilas ada nada peringatan samar di dalam kalimat Darren. Sudah ia duga. Darren mencurigai dirinya.

"Aku pun mencintai Matthew," aku Juliet dengan maniknya yang membalas Darren. Menampilkan keteguhan tanpa keraguan, hal yang pasti ingin dilihat oleh Darren darinya.

"Baiklah. Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang," sahut lelaki bersurai coklat mirip Matthew itu sembari tersenyum simpul.

***

Matthew telah sampai di rumah sakit setelah mengendara selama hampir satu jam. Pikirannya penuh karena mencemaskan Oma, satu-satunya orang tua yang ia miliki saat ini setelah kedua orang tuanya tiada.

Semoga Oma baik-baik saja.

Matthew memarkirkan mobilnya dengan terburu-buru, lalu melompat keluar dari mobil dan berjalan dengan tergesa menuju ke ruang ICU.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang