Karina sudah siap di kursi kemudi dengan seat belt yang terpasang dengan rapi. Namun, sejak tadi Virgo masih belum juga melajukan mobil mereka. Bahkan, mesinnya pun belum menyala.
"Ada apa?" tanya Karina bingung.
Lelaki itu masih diam tak berucap apa-apa. Dalam heningnya, dia pun seketika menatap lekat kepada manik mata Karina.
Rasanya ingin menunda pembicaraan ini hingga nanti, karena saat ini sebenarnya mereka berdua sedang berbahagia. Terutama ketika Virgo mengatakan ingin menikahinya!
Meskipun mungkin rasanya terlalu cepat untuk membicarakan tentang pernikahan, tapi Karina senang karena Virgo telah berniat untuk membawa hubungan ini ke arah yang lebih serius.
Namun sayangnya, bertemu dengan Juliet dan Matthew tadi telah membuat segalanya menjadi kacau.
Dan Karina pun lebih bingung ketika mengetahui bahwa Virgo juga mengenal pasangan suami istri Wiratama itu. Terutama, Karina juga menangkap bagaimana cara Virgo menatap Juliet dengan sorot yang... lembut dan teduh.
Tapi yang Karina lihat, Virgo saat ini seolah bukan saja sedang menahan rasa bingung, tapi lebih kepada amarah. Jadi Karina pun berpikir dirinyalah yang akan mengalah. Memulai pembicaraan lebih baik daripada memperbesar masalah.
"Kamu mengenal mereka berdua?" tanya Karina kepada lelaki yang masih saja diam dan menatapnya.
"Kamu sendiri?" balas Virgo.
Karina mengangguk. "Iya, aku kenal."
"Lalu bagaimana dengan Matthew?" Tanya Virgo tiba-tiba. "Apa kamu juga mengenalnya?"
"Iya, lumayan. Matthew dan aku dulu sempat ... dekat." Karina hampir mengatakan bahwa dulu mereka pernah bertunangan, tapi manik legam Virgo yang menyorotnya tajam membuyarkan niatnya.
Karina pun meringis dalam hati. Virgo terlihat seperti lelaki yang sedang cemburu, dan entah kenapa malah jadi mengingatkannya pada sosok Jeremy yang juga selalu tajam menatapnya.
Virgo pun kini sedikit menyipitkan matanya. Mendengar ada lelaki lain yang mengenal Karina dengan baik membuat suasana hatinya menjadi tidak baik.
"Seberapa dekat?" Tanya lelaki itu lagi dengan nada mengintimidasi, yang lagi-lagi mengingatkan Karina pada Jeremy.
Bahkan gadis itu menjadi sangsi sekarang, apakah lelaki yang ada di depannya ini sungguh-sungguh Virgo?
"Itu cuma masa lalu, Reiner. Sudah tidak penting lagi," lugas Karina. "Lalu bagaimana denganmu sendiri? Bagaimana bisa kamu mengenal Juliet dan Matthew?" Ia pun memutuskan untuk balik bertanya.
Virgo diam tak menjawab selama beberapa saat. Namun detik berikutnya ia pun berucap. "Juliet adalah adik tingkatku di kampus, dan dulu aku pernah menyukainya."
Karina menaikkan alisnya yang melengkung indah mendengar penjelasan Virgo. Hah, pantas saja tatapannya tadi begitu berbeda ketika mengamati Juliet.
"Dulu ya?" Ulang Karina. "Lalu bagaimana dengan sekarang? Kamu masih menyukainya?"
Virgo mendengus kecil. "Kamu mendengar sendiri kalau aku berniat untuk menikahimu, Karina. Kenapa masih juga bertanya?"
"Entahlah, Reiner. Mungkin rencana menikah denganku itu hanyalah egomu yang sedang berbicara? Karena kamu patah hati melihat perut Juliet yang mengandung anak Matthew?"
Virgo menarik dan membuang napasnya dengan pelan. Bukan begini maksudnya tadi. Seharusnya ia yang menginterogasi Karina dan masa lalunya, bukannya Karina yang mengkaitkan perasaannya yang telah mati kepada Juliet.
"Aku berteman baik dengan Juliet, Karina. Memang sempat ada perasaan yang terlibat di situ, tapi kini sudah hilang sama sekali, oke? Sekarang tolong jelaskan apa hubunganmu dulu dengan Matthew!"
"Ck. Baiklah. Aku dan Matthew dulu sempat bertunangan. Tapi kemudian sesuatu terjadi dan pertunangan itu pun putus. Puas?" Tutur Karina sambil cemberut. Ia masih tidak suka mengetahui fakta bahwa dulu Virgo menyukai Juliet.
Matthew, Virgo, kenapa semua lelaki menyukai perempuan aneh itu sih?? Juliet itu kan... mengerikan. Sama mengerikannya dengan emosi Matthew jika sudah meledak. Hah, mereka memang pasangan yang serasi sekali.
Sama-sama sakit jiwa dan... tunggu.
'Aduh, sepertinya aku memang dikelilingi oleh orang-orang dengan gangguan jiwa!' Ringis Karina dalam hati.
Mereka berempat tadi sempat berbasa-basi sebentar, dan Juliet mengatakan bahwa dirinya dan Matthew dijadwalkan untuk konsultasi dengan Dokter Dharmawan, dokter sementara yang disarankan oleh psikiater mereka yang bernama Dokter Kevin, karena dia sedang menjalani seminar di New York.
Matthew, Juliet, Virgo. Huufft...
Serta merta Karina pun justru merasa menjadi alien di tengah-tengah mereka, karena dirinyalah satu-satunya yang tidak mengalami gangguan kejiwaan.
"Oh, jadi dulu Matthew adalah tunanganmu, ya?" Ucap Virgo dingin.
Ck. Juliet, Karina... kenapa semua wanita yang ia suka malah terlibat dengan pria yang sama? Menyebalkan sekali.
"Masa lalu hanya akan menjadi bahan bakar untuk pertengkaran, Reiner. Sudahlah. Mau sampai kapan kita akan terus berada di sini? Sebaiknya--aaah!!"
Karina benar-benar kaget ketika Virgo tiba-tiba saja mengangkat pinggang rampingnya, lalu dengan mudahnya lelaki itu meletakkan tubuh Karina di atas pangkuannya, saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.
"Kamu benar. Aku tidak suka masalah ini diungkit-ungkit lagi, Sayang. Kamu tahu? Rasanya ingin sekali aku menghajar Matthew sekarang, kalau mengingat di masa lalu pasti kalian pernah saling mencintai."
Karina mengernyit ketika mendengar kalimat yang diucapkan dengan nada dingin itu. Kenapa Virgo sangat berbeda dari sebelumnya? Apakah kecemburuan telah mengubahnya menjadi mirip dengan... Jeremy?
"Itu cuma masa lalu," ucap Karina akhirnya. "Untuk masa sekarang dan masa depan, aku hanya ingin menghabiskannya denganmu, Reiner," ungkap Karina tulus.
Satu alis lebat Virgo terangkat tinggi dengan ekspresi yang kembali berubah seperti Virgo yang Karina kenal. Tampaknya lelaki itu sangat senang mendengar kalimat Karina barusan.
Kedua tangannya kini merangkum wajah mungil nan cantik Karina. "Kamu yakin? Aku tidak normal, Karina. Mungkin saat ini Jeremy menghilang, tapi entahlah. Siapa yang akan tahu jika di kemudian hari akan muncul kepribadian lain yang lebih menakutkan?" Ucap Virgo lirih.
Karina menyunggingkan senyum yang sangat manis, membuat lelaki di depannya itu terkesima.
Karina sangat sangat sangat cantik jika tersenyum seperti itu, dan dia tidak akan tahu bagaimana dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh senyuman semanis madu itu bagi jantung Virgo yang mendadak berdebar dengan begitu cepatnya.
"Aku terima apa pun resikonya," sahut Karina dalam senyum yang masih terus tersemat di bibirnya. "Kita bukan cuma pasangan kekasih, tapi juga partner in crime," cetusnya seraya tertawa kecil.
"Benar kan? If you be the cash, I'll be the rubber band. You be the match, I will be a fuse, boom!" Karina mengangkat kedua tangannya ke atas dengan gaya bombastis.
Virgo tertawa pelan mendengar Karina yang malah menyanyikan lagu Sure Thing, sebagai penegas untuk menegaskan perkataannya barusan.
"Aku lega sekali mendengarnya," cetus Virgo, seraya menyelipkan sejumput rambut hitam Karina ke balik telinga. Senyum yang terpaut di kedua wajah rupawan itu pun sama-sama menyiratkan kebahagiaan.
"Reiner?"
"Hm?"
"Itu... apa kamu bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa aku adalah calon istrimu?"
Virgo mengusap bibir Karina dengan ibu jarinya sebelum menjawabnya. "Ya. Aku bersungguh-sungguh. Dan kamu pun harus mau, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...