41 : The Homecoming

111 4 0
                                    

Pagar tinggi yang berdiri angkuh itu pun terbuka dengan perlahan, sebelum sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam masuk ke dalam kediaman milik Matthew dan berhenti tepat di bagian entrance rumah mewah itu.

Matthew membuka pintu mobilnya lalu keluar lebih dulu, sebelum kemudian berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu mobil di sisi satu lagi.

Pemandangan pJuliet yang terus terlelap di sepanjang jalan dari bandara ke rumah, membuatnya senyum kecil terpulas di bibir Matthew.

Dengan perlahan dan hati-hati, lelaki itu mengeluarkan tubuh Juliet dengan menggendongnya. Namun alih-alih terbangun, gadis itu malah semakin meringkuk pada dada bidang yang menyelimuti dirinya dengan hangat. Semakin pulas dalam lelapnya.

Juliet tidak bisa tidur selama kepergiannya dari Indonesia dan sebelum bertemu dengan Matthew, jadi kini sepertinya dia sedang membalas dengan terlelap sepanjang perjalanan pulang dari Vancouver.

Matthew berhenti sejenak di depan pintu ganda yang terbuka sebagai akses utama masuk ke dalam kediamannya.

Sembari menggendong Juliet yang masih memejamkan mata dengan napasnya yang lembut berhembus teratur, seketika Matthew pun menyadari betapa beruntungnya dirinya.

Berjuta ungkapan rasa syukur pun tak sanggup menggambarkan betapa leganya dirinya karena Juliet yang telah kembali ke rumah ini, kembali ke sisinya. Bahkan dengan kesadaran dari gadis itu sendiri yang telah memilih untuk bersamanya.

Matthew merasa jantungnya telah berubah menjadi seperti kembang api yang melesat dan meledak dengan cahaya indahnya di angkasa.

Ia terlalu bahagia, dan sama sekali tidak pernah menyadari bahwa memiliki seseorang yang sangat dicintai ternyata rasanya akan semenakjubkan ini.

Manik coklat pasirnya kemudian menunduk untuk memandangi wajah menawan di dalam pelukannya. Wajah tercantik yang tak akan pernah bisa dibandingkan dengan siapa pun, karena memang tidak akan pernah sebanding.

Satu-satunya wajah yang ingin ia lihat mulai sekarang hingga batas waktu akhir nanti. Seandainya saja mereka bertemu dalam situasi normal tanpa dendam yang bercokol di dalam dada, Matthew pun tahu... bahwa ia akan tetap jatuh cinta kepada Juliet.

Ia mendaratkan sebuah kecupan singkat dan manis di bibir Juliet, seiring dengan senyuman yang tak hentinya terukir di wajah tampan itu setiap kali menatap wajah cantik gadisnya.

Mulai detik ini juga, saat kakinya kembali menginjak rumahnya bersama Juliet di dalam dekapannya, Matthew berjanji akan selalu mencurahkan seluruh tenaga dan perhatiannya kepada gadis ini.

Jiwa yang paling pantas untuk berbahagia, setelah seluruh derita yang ia berikan telah menghancurkan dan mengubah Juliet menjadi sosok penuh dendam.

Juliet harus bahagia, begitu pun juga dengan anak mereka kelak.

"Welcome home, Muffin," bisik Matthew di telinga Juliet lembut, sebelum kakinya kini mulai bergerak untuk melangkah masuk. Menapak di jalan yang baru, jalan menuju kebahagiaan, meski mungkin jalurnya akan terjal dan penuh liku.

Selama ada Juliet yang masih menggenggam tangannya, maka Matthew pun tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

***

Suara gumanan pelan itu menguar dari bibir merah muda penuh yang sensual, sebelum kedua kelopak mata sekelam malam yang indah itu perlahan mulai membuka.

Juliet mengerjapkan maniknya beberapa kali, sebelum menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam pelukan tubuh kokoh dengan aroma yang familier. Aroma parfum Matthew.

Sejenak ia merasa disorientasi. Apa sekarang dia telah kembali ke rumah Matthew di Jakarta?

'Ah ya, sepertinya begitu,' pikir Juliet setelah mengedarkan pandangan dan mengenali situasi di sekelilingnya.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang