58 : The Real Soul

70 3 0
                                    

Tak pernah terbayangkan di benak Karina bahwa ia akan berada di posisi ini.

Ia bahkan tidak akan pernah tahu rasanya, berada di bawah tatapan seseorang yang ia kenal, namun sekaligus juga tidak ia kenal. Sebuah pribadi yang biasanya selalu tersenyum dan penuh tawa, namun kali ini datar dan dingin seolah patung tanpa nyawa.

Mereka adalah dua jiwa yang berada di dalam satu tubuh yang sama, dengan kepribadian yang jauh saling berbeda. Bagaikan siang dan malam, api dan air, malaikat dan iblis.

Bagaimana mungkin seseorang menyimpan jiwa yang berbeda di dalam dirinya? Karina tidak akan pernah mengerti jawabnya, karena ia belum pernah bersentuhan dengan seseorang seperti Virgo sebelumnya.

Yang pasti, detik ini adalah detik paling menakutkan yang ia alami sepanjang hidupnya. Dan Karina tidak tahu, apakah detik selanjutnya akan membawanya ke saat-saat penuh kengerian?

"J-Jeremy??" Lidah Karina terasa kelu ketika mengucap nama itu. Nama yang sebulan lalu ia nantikan, namun tak kunjung datang. Nama yang seharusnya ia antisipasi, namun Karina malah terbuai dengan perlakuan lembut Virgo hingga akhirnya abai dengan sisi mengerikan lelaki itu.

Bola mata sehitam malam tanpa bintang itu menatap Karina tanpa berkedip dengan wajahnya yang tanpa ekspresi. "Ya, Karina. Ini aku," ucapnya dengan suara yang bahkan berbeda dengan suara Virgo, karena Jeremy memiliki suara yang lebih dalam dan serak.

Mengingatkan Karina pada film-film tentang pembunuh berantai sekaligus psikopat yang pernah ia tonton, sekaligus membuatnya merinding sampai ke tulang.

"Ha-halo." Karina meringis ketika mendengar suaranya yang masih saja gemetar. Seharusnya ia tidak boleh menunjukkan ketakutannya, tapi siapa yang tidak gentar jika kaki dan tangan sedang diikat dan tubuh tanpa sehelai benang pun seperti Karina?

Jeremy masih tak bergeming di posisinya yang duduk di kursi di samping ranjang, mengamati Karina dengan matanya yang tajam.

"Jadi... kamu dan Virgo, ya?" Sebuah seringai dingin yang menghiasi wajah tampan itu membuat Karina kembali bergidik. Lelaki itu kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan dengan menopangkan siku di lututnya.

"Bagaimana Virgo di ranjang, Karina? Apa dia bisa membuatmu puas, hm?"

Karina berusaha mengatur napasnya meskipun rasanya dadanya sesak karena terlalu takut. Namun ia berusaha berpikir, karena ia tak memiliki jalan lain untuk melarikan diri kecuali mengandalkan otaknya.

Yang Karina tahu, Jeremy sesungguhnya adalah sistem mekanisme pertahanan diri Virgo, yang terbentuk dan muncul karena lelaki itu sering dianiaya ibunya sewaktu kecil.

"Jeremy, kenapa tangan dan kakiku diikat?" Karina pun berusaha mengalihkan pembicaraan, dan berusaha berkata dengan nada tenang meski rasanya jantungnya hendak meloncat dari rongga dada. "Bisa tolong lepaskan? Kita bisa bicara baik-baik tanpa perlu seperti ini kan?"

Tawa pelan yang mengalun serak itu sesungguhnya membuat Karina merinding, meski tak ia hiraukan.

"Kamu jauh lebih cantik seperti ini, Karina. Lagipula..." Jeremy tiba-tiba saja berdiri, dan perlahan melepaskan ikatan pada bath robe hitam yang ia kenakan. "Sekarang adalah giliranku, setelah menanti dengan sangat sabar. Kamu tahu? Aku akan memberitahumu sebuah rahasia."

Ranjang itu melesak ketika lutut Jeremy menumpu di atasnya. Karina bisa melihat bagaimana manik legam Jeremy menatap dirinya penuh gelora. Berbanding terbalik dengan Virgo, Karina bisa merasakan kengerian yang mengintainya di balik hasrat itu.

Karina memejamkan maniknya dan bernapas dengan gemetar, ketika merasakan bibir Jeremy yang telah memulai memagut bibirnya.

"Hm. Pantas saja Virgo menyukaimu. Rasamu berbeda, Karina sayang."

Karina menjerit kencang ketika merasakan gigitan kuat di pundaknya, hingga bagian itu pun mulai meneteskan darah.

"Bahkan rasa darahmu pun lezat sekali," sambungnya lagi, setelah menjilati dengan rakus cairan merah yang menetes di kulit kuning langsat Karina.

"Jeremy, tolong lepaskan ikatan ini," pinta Karina, setelah ia mampu menguasai diri dengan menahan sakit luar biasa di pundaknya yang terluka. "Biarkan aku--AAAHH!!!"

Karina kembali menjerit kencang penuh kesakitan saat Jeremy lagi-lagi menggigit lengannya kuat.

"JEREMY! BRENGSEK KAU!! LEPASKAN AKU!!" Bentak gadis itu, yang kali ini sudah benar-benar tak bisa menahan murkanya. Alih-alih menangis ketakutan seperti gadis-gadis pada umumnya yang dihadapkan pada sosok dan situasi mengerikan seperti ini, Karina justru malah makin menantang Jeremy dan membentaknya.

Tawa pelan yang membahana itu membuat Karina semakin marah meskipun rasa takut masih membayanginya.

'Sial!! Si brengsek ini malah terlihat tak peduli dan malah menjilati darahku. Apa dia sejenis vampir atau apa?!!'

"Jeremy. Buka ikatan ini atau aku akan mencekikmu!" Desis Karina dengan geram, melihat lelaki yang masih asyik menikmati darahnya.

Manik legam Jeremy serta merta melirik Karina dengan malas. "Aku masih ingin menyimpanmu, Karina Sayang. Darahmu terlalu lezat, dan akan kunikmati pelan-pelan sedikit demi sedikit," ucap Jeremy yang kemudian bibirnya mulai bergerilya di dada Karina.

"Sekarang yang kuinginkan adalah menikmati tubuh seksimu. Ah, aku hampir lupa."

Karina meringis dan menahan rintihan kesakitannya ketika jemari Jeremy menyusuri bagian bawah tubuhnya dengan kasar.

"Tentang rahasia yang ingin sekali kubagi bersamamu, Karina." Meski jemarinya masih bergerak liar di bawah sana, namun manik legam Jeremy menatap Karina dengan lekat.

"Jangan terlalu mempercayai Virgo," ucapnya mengejutkan dan tiba-tiba. "Dia tidak jujur padamu tentang banyak hal. Sangat jauh dengan diriku yang tidak akan menutupi apa pun darimu, Karina."

"Jeremy! Lepaskan ikatan ini atau--mmph!!"

Karina kembali menjerit ketika Jeremy menggigit bibirnya yang terbungkus ciuman kasar.

"Bisa kamu diam sebentar? Aku hanya ingin memberitahumu sebuah kebenaran, Cantik. Sebuah kenyataan yang tidak kamu ketahui tentang Virgo yang sesungguhnya," ucap Jeremy seraya melayangkan tatapan dingin kepada Karina yang kali ini benar-benar terdiam.

Seringai setengah pun menghiasi wajah Jeremy ketika melihat sorot berapi-api di wajah Karina. Gadis ini unik sekali. Kuat, berani dan seperti tak kenal takut.

"Karina, apa kamu kira Virgo adalah pangeran berkuda putih yang akan membawamu ke dalam istananya, begitu? Apa kamu kira Virgo adalah lelaki baik hati yang akan membuatmu bahagia, membuatmu melayang dengan kekayaan dan kedermawanannya memberimu harta? Ck, ck. Kamu sudah salah, Cantik. Virgo bukanlah lelaki seperti itu."

Jeremy berhenti sejenak untuk kembali menjilati darah yang menetes di pundak Karina dengan mata yang terpejam menahan nikmat.

"Kamu pasti mengira jika Virgo jauh lebih baik dari Jeremy, bukan? Haha. Kamu harus tahu kebenarannya, Cantik. Bahwa Virgo, bukanlah pemilik yang sebenarnya dari tubuh ini. Tapi aku! Lelaki yang tidur bersamamu selama sebulan ini, bukanlah 'Virgo' yang sebenarnya, tapi akulah Virgo yang sesungguhnya."

Karina menahan napas saking terkejutnya mendengar perkataan lelaki itu. Otaknya mencoba untuk mencerna, namun rasanya apa yang ia dengar terlalu membingungkan dan tak masuk akal.

Sial, bukankah memang sejak awal semua ini terasa tidak masuk akal di otaknya yang terlalu logis? Dirinya saja yang begitu bodoh dan haus akan harta, hingga mengabaikan hati kecilnya yang berteriak agar menjauh dari lelaki bernama Virgo dengan segala teka teki hidupnya yang membingungkan!

"Akulah Virgo, Karina sayang. Dan lelaki itu, lelaki yang bersamamu sebelumnya... dialah Jeremy yang sesungguhnya. Dia mengambil tubuhku, dan berusaha menyembunyikan jiwaku jauh-jauh. Bahkan dia juga ingin membuatku musnah. Dia mungkin terlihat lelaki baik, tapi satu hal yang harus kamu tahu, Cantik. Dia belum mengeluarkan tabiat aslinya. Yang jauh... jauh lebih kejam dari diriku."

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang