Pintu kamar mandi itu pun bergerak membuka, disusul dengan seorang lelaki yang melangkah keluar sembari menggendong seorang gadis.
Tubuh keduanya sama-sama basah berbalut handuk, namun si gadis terlihat memejamkan mata seperti orang yang sedang tertidur.
Sebuah seringai kecil yang menghias wajah tampan sang lelaki. Pandangannya menyapu seluruh tubuh berbalut kulit seputih salju yang telah dipenuhi jejak merah cinta, akibat perbuatan beringasnya yang baru saja berakhir beberapa saat yang lalu.
"Juliet Amanda..." bisikan itu tersemat di bibir lelaki itu, napasnya berhembus menerpa kulit wajah gadis yang masih terlelap itu, menerpa anak-anak rambut legam yang setengah basah di pipinya.
Namun ternyata panggilan itu tak jua membuatnya membuka mata dan terbangun. Lelaki itu lalu memandangi gerakan napas yang konstan dan berirama di dada Juliet.
Terbersit sebuah penyesalan yang menyeruak di dalam hatinya. Gadis ini pasti sangat kelelahan setelah melayani birahinya yang tak berkesudahan sejak semalam.
Matthew, lelaki itu pun kemudian memutuskan untuk merebahkan Juliet di atas tempat tidur, lalu menyelimutinya hingga ke leher.
Sebuah kecupan dan permintaan maaf pun dia layangkan untuk gadis pujaannya, sebelum Matthew beranjak dari ranjang dan berjalan menuju lemari berukuran sedang.
Meskipun tak ada walk in closet super besar seperti di kamar di rumahnya, tapi lemari di kamar pribadi CEO ini cukup berguna karena menyimpan beberapa setelan formal untuk bekerja.
Saat sedang mengenakan dasinya, Matthew kembali menatap Juliet yang masih saja terlelap. Setelah sesi panjang dan menggairahkan di atas meja kerja untuk mewujudkan fantasinya, Matthew pun segera membawa Juliet ke dalam kamar pribadi CEO di dalam ruang kerjanya.
Matthew banyak melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Seperti untuk membawa Juliet ke kantor, bercinta dengannya sampai puas, dan juga memandikan gadis itu.
Seuntai senyum kembali tersemat di bibir Matthew. Melihat Juliet yang sedang tertidur itu membuat hatinya tenang. Sekarang ia pun bisa bekerja, setelah sejak pagi sulit sekali untuk berkonsentrasi. Karena dirinya kini bagai baterai yang telah terisi penuh.
***
"Apa hari ini kamu akan ke kantor Matthew lagi?"
Juliet hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sienna sembari membereskan buku-bukunya. Kuliahnya telah usai pada jam 1 siang, dan ia harus bergegas karena mobil jemputan yang dikirim Matthew untuknya.
Setelah hari itu, hampir setiap hari Matthew meminta Juliet untuk mampir ke kantornya jika kuliahnya selesai lebih cepat. Dan Juliet pun kini harus melayani nafsu kakak angkatnya itu siang dan malam hari.
"Lalu bagaimana dengan rencana untuk menaklukkan Matthew, Juliet? Apa kamu sudah mencari alternatif lain?" Cecar gadis berkacamata itu.
"Sedang berjalan, Sienna. Sedang berjalan," sahut Juliet sambil tertawa kecil. "Dan aku tetap berada di rencana pertama."
Sienna langsung mengerang dengan suara kesal mendengarnya. Ia ingin memprotes, namun sayangnya Juliet telah berlalu begitu saja dengan tergesa.
Ingin rasanya Sienna membocorkan rencana gila itu kepada kakak angkat Juliet, tapi sesungguhnya ia tidak tega juga jika Matthew sampai mengetahuinya dan menempatkan Juliet pada bahaya.
Sienna pun akhirnya hanya bisa mendesah pasrah sembari berharap bahwa semua ini tidak akan menjadi kacau berantakan pada akhirnya.
***
"Kita tidak ke kantor?" Juliet bertanya heran kepada supir yang menjemputnya, ketika melihat arah mobil ini yang tidak menuju ke arah gedung milik Matthew.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...