Bibir penuh berwarna merah alami itu pun tak lepas menyunggingkan senyuman kebahagiaan, ketika melihat pemandangan jantung kota Vancouver dari balkon apartemennya yang cukup luas.
Ia suka sekali pemilihan untuk lokasi tempat tinggalnya kali ini. Sebuah apartemen yang tidak terlalu besar tapi sangat modern, indah dan nyaman. Sebuah tempat tinggal untuk dirinya yang baru. Juliet yang baru.
"Bagaimana, apa kamu suka?"
Suara itu membuat wajah Juliet tertoleh ke samping, ke arah seorang lelaki yang memandanginya sejak tadi.
"Sangat suka," sahut Juliet cepat tanpa menanggalkan senyumnya. "Terima kasih, Virgo. Apartemennya sungguh indah."
"Kamu yakin? Kita bisa melihat-lihat yang lain, Juliet. Kurasa yang ini agak sedikit kurang luas."
"Aku menyukainya."
Pernyataan itu menjadi sebuah keputusan mutlak yang terdengar tak dapat dibantah lagi.
"Baiklah jika kamu menyukainya," tutur Virgo akhirnya. "Istirahatlah, Juliet. Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang ke sini."
Juliet mengangguk. Perjalanan lebih dari 17 jam yang ia tempuh dari Jakarta ke Vancouver sesungguhnya tidak meletihkannya, melainkan beban berat di pundaknyalah yang membuat seluruh tulang-tulang di tubuhnya serasa lemas layaknya jelly.
Sepertinya ia butuh deep sleep, setelah akhirnya perasaan nyaman dan bebas yang menyambutnya setiba di Kanada mulai membuat Juliet merasakan kantuk.
"Aku istirahat dulu kalau begitu," ucap gadis bersurai panjang itu kepada Virgo. "Terima kasih banyak untuk semua bantuanmu, Virgo." Gadis itu memberikan senyumnya sebelum membalikkan badan masuk kembali ke bagian dalam apartemen.
"Juliet?" Panggil Virgo tiba-tiba, yang membuat gadis itu menoleh kembali.
"Ya?"
Virgo menatap seraut wajah cantik yang terlihat sendu yang merefleksikan keterpurukan, namun berusaha ditutupi oleh sang empunya.
"Jangan terlalu keras berusaha untuk menjadi kuat," cetus lelaki itu tiba-tiba dengan tatapan lurus kepada Juliet. "Senyummu memang sangat manis, tapi sayangnya hanya berpura-pura." Virgo menghela napas pelan dan berjalan mendekati Juliet berdiri.
"Ada aku dan Sienna di sisimu sekarang, maka jangan pernah sungkan untuk berbagi semua bebanmu dengan kami," ucap lelaki itu lagi, sembari menepuk pelan pundak Juliet.
Juliet terdiam dan membalas tatapan lelaki yang juga sepupu dari Sienna itu. "Aku sangat bersyukur karena Tuhan telah menciptakan Sienna dan kamu, lalu menempatkan kalian berdua di dekatku," cetusnya. "Terima kasih, Virgo. Untuk segala yang sudah kamu lakukan dan bahkan tidak bisa kubalas dengan apa pun."
Virgo tersenyum memandangi manik gelap namun bercahaya milik Juliet. Manik yang terlihat rapuh namun sesungguhnya setangguh ombak yang mampu memecah karang di pantai.
"My pleasure," sahut Virgo. "Kalau begitu aku pergi dulu. Tidurlah yang nyenyak, mulai sekarang jangan memikirkan apa pun. Dan selamat untukmu, Juliet Amanda. Karena sekarang kamu adalah orang yang telah bebas merdeka."
***
"Matthew!! Berani kamu meninggalkan Oma begitu saja?! Oma belum selesai bicara!!"
Teriakan gusar seorang wanita nyatanya tak menyurutkan langkah kaki tegas itu untuk terus berayun. Matthew menuruni tangga lebar beralas karpet tebal dan lembut itu untuk menuju ke lantai bawah, mengabaikan teriakan Oma-nya.
Untuk kali ini ia sadar, bahwa kedatangan Darren bersam Oma Anita ke rumahnya itu hanyalah sebuah bukti, bahwa Matthew tak lagi bisa mengandalkan sepupunya itu. Karena Oma telah membuat Darren berpihak kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
Storie d'amoreJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...