47 : The Offering

95 3 0
                                    

Setelah mentransfer hasil rekaman CCTV sebagai bukti ke dalam ponsel, Virgo pun segera mengirimkan video itu kepada Dokter Dharmawan, psikiater yang menangani kasusnya sejak Virgo masih berusia 10 tahun, tepat ketika kasus yang mirip seperti ini terjadi.

Tanpa mempedulikan keadaan di sekelilingnya yang berantakan, Virgo segera mengganti bajunya yang penuh darah dan mengobati luka di pelipisnya dengan ala kadarnya. Lalu ia segera mengambil kunci mobil untuk pergi mengunjungi Dokter Dharmawan.

Suara gonggongan halus itu membuat Virgo seketika menoleh, dan tersenyum saat melihat Theo, si anjing Labrador Retriever berbulu hitam peliharaannya berjalan mendekat dengan ekor yang bergoyang riang.

Virgo pun mengelus kepala anjing itu dengan penuh rasa sayang. "Good boy," ucapnya. "Terima kasih, Theo. Karena sudah membantu menyelamatkan wanita itu dari Jeremy. Kamu benar-benar teman yang bisa diandalkan."

Theo menjawab dengan gonggongan dan badan yang memutar satu kali, seakan gembira mendengar pujian dari Tuannya.

"Aku harus pergi sekarang. Ingat, jangan pernah ragu untuk menyerang Jeremy jika sikapnya membuat orang lain dalam bahaya," ucap Virgo sebelum melepaskan usapannya dari kepala Theo dan beranjak untuk pergi.

***

"Jadi Jeremy telah kembali? Kamu yakin, Virgo?" Tanya seorang lelaki paruh baya sehabis dirinya menonton sebuah bukti video CCTV dari ponselnya.

Lelaki tampan yang sedang duduk di sofa single itu mengangguk samar. Kedua sikunya yang bertumpu di sandaran tangan dengan kesepuluh jemari saling bertaut di depan bibir adalah gestur tubuhnya saat sedang berpikir keras.

"Aku tidak mengingat semua yang telah terjadi, seakan seseorang merampasnya dariku," sahut Virgo muram. "Sama persis seperti dulu, Dokter. Saat peristiwa itu terjadi... aku sama sekali tidak mengingat apa pun."

Dokter Dharmawan menghela napas pelan. "Sebaiknya jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Jeremy telah lama belasan tahun menghilang dari dirimu, jadi dia tiba-tiba saja kembali, harusnya ada pencetus yang kuat yang menariknya keluar, Virgo. Jadi katakan, apa ada sesuatu yang terjadi padamu akhir-akhir ini? Yang kira-kira membuat Jeremy kembali keluar menampakkan diri?"

Virgo pun terdiam sejenak, memikirkan secara perlahan perkataan psikiaternya itu. "Aku baru saja mengalami patah hati," ungkapnya kemudian. "Apakah mungkin itu penyebab kemunculan Jeremy??"

"Bisa ya, bisa tidak. Ini semua terlalu cepat untuk diambil kesimpulannya," tukas Dokter Dharmawan.

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang, Dokter? Bagaimana jika memang Jeremy-lah yang benar-benar muncul?"

"Sebenarnya, bukankah hal yang baik jika dia kembali?" Tanya dokter itu hati-hati. "Itu adalah kesempatanmu untuk mencari tahu tentang masa lalu, Virgo. Memang sangat berisiko. Tapi jika kamu keberatan dengan kemunculannya, maka kita bisa tekan dengan terapi serta obat-obatan agar Jeremy tak lagi bisa keluar. Pilihan semua ada padamu, Virgo."

Lelaki bersurai kelam itu menurunkan tangannya dari mulut dan melempar pandangan ke arah jendela. Kemunculan kepribadiannya yang lain itu pun tak pelak membuat Virgo kembali terkenang akan masa lalu.

Saat ibunya masih hidup, dan semua penyiksaan yang ia terima selama bersama wanita itu. Wanita yang seharusnya memberikan kasih sayang dan perhatian seluas samudra, alih-alih cacian, makian, pukulan dan ribuan kebencian. Seakan kehadirannya di dunia adalah sebuah kutukan bagi ibunya. Sebuah noda di hidupnya yang semula tanpa cela.

Virgo pun tak bisa untuk tidak melamunkan masa lalu, yang telah lama ia lupakan karena terlalu pahit untuk diingat.

Memiliki seorang ibu yang suka menyiksa dan ayah yang tidak peduli  dengannya adalah kesengsaraan yang harus ia derita seorang diri.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang