81 : The Investigation

124 2 0
                                    

"Heekkhh... hkk... kkhh..."

Suara gumanan pelan namun aneh itu membuat tidur lelap Darren pun seketika menjadi terjaga. Perlahan kelopak matanya terbuka, namun tak berapa lama menjadi menyipit bingung, ketika menyadari bahwa ia tidak menemukan seseorang di samping sisi ranjangnya.

Kemana Sienna??

"Huukkhh..."

Suara aneh itu kembali terdengar lagi.

Darren pun bergerak untuk beranjak duduk di atas tempat tidurnya sambil menajamkan pendengarannya. Kegelapan yang menyelimuti di sekelilingnya membuatnya tak dapat melihat apa pun.

Pria bersurai pirang itu pun memutuskan untuk menyalakan lampu tidur di atas nakas. Bias cahaya kuning lembut pun serta merta memberikan penerangan, meskipun samar-samar.

Manik biru laut lelaki itu pun membelalak lebar karena terkejut, ketika menemukan sosok yang ia cari kini tengah duduk di lantai, dengan punggungnya yang bersandar di dinding.

"Heehkk... uhkk..."

Tatapan gadis itu terlihat kosong seperti boneka tanpa nyawa. Bibirnya terbuka, mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang tercekik. Suara yang sama dengan yang membuat Darren terbangun.

Jemari gadis itu berada di lehernya sendiri, dengan kuku-kukunya yang mencakar kulitnya yang kini telah merah oleh darah.

Pemandangan ini... Darren pernah melihat Sienna seperti ini sebelumnya.

Saat mereka masih menyamar untuk menyelidiki tentang kematian Mathilda Wiratama, dan saat itu mereka berada di kamar kos Bu Apsa di desa.

"Sienna?!!"

Darren segera turun dari tempat tidurnya dengan tergesa, hingga hampir saja terbelit oleh selimut yang ikut jatuh ke lantai.

"Sienna!! Berhenti mencakar lehermu sendiri!!" Darren menarik tangan Sienna dari lehernya, tapi gadis itu malah meraung-raung dan menendang keras sekuat tenaaganya agar Darren menjauh.

"Sienna..." Rasanya Darren tak percaya ketika melihat gadis itu kembali mencakar-cakar lehernya sendiri, setelah berhasil menyingkirkan dirinya.

Sienna seperti seseorang yang tidak sadar... tunggu.

Seingat Darren, dulu di kamar kos saat Sienna berbuat serupa, gadis ini berhenti mencakar lehernya saat listrik yang padam tiba-tiba menyala.

Darren pun terkesiap dan mengutuk kebodohannya sendiri.

Saat itu Sienna pernah bilang kalau dia takut dengan kegelapan, lalu kenapa tadi dia malah mematikan semua lampu kamar saat Sienna telah tertidur??

Bahkan waktu mereka tersesat di hutan dan menemukan sebuah pondok untuk berteduh, Sienna pun tidak berani masuk ke dalamnya sebelum Darren menyalakan lilin untuk menerangi seluruh ruangan agar tidak gelap dan menakutkan untuk Sienna.

Gadis ini pasti tadi terbangun, dan menyadari situasi gelap di sekitarnya, lalu bersikap aneh seperti ini lagi.

'Aaarrgh, dasar bodoh!! Kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu??!'

Darren buru-buru bangkit untuk meraih tombol lampu dan segera menekannya. Cahaya putih benderang yang menerangi seluruh ruangan pun menyelimuti udara, dan serta-merta membuat Sienna tersadar.

Gadis itu seolah memperoleh kembali nyawa yang tadi sempat terbang dari dirinya, dan mengerjap-kerjapkan matanya yang kini tak lagi hampa.

Suara kesiap pelan lolos dari bibirnya, saat tiba-tiba merasakan tubuhnya melayang di udara. Aroma familier yang maskulin pun seketika terhirup masuk ke dalam indra penciumannya, aroma kulit Darren yang menggendongnya dan  menatap lekat dirinya.

COME AND SERVE ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang