"A-apa?? Matthew... dia mengetahui dimana aku berada?" Rasanya jantung Juliet ingin terlepas dari rongga dada saat ini juga.
Baru saja sebentar ia merasakan kebebasan dan ketenangan, dan sekarang Juliet harus kembali berada di dalam tekanan!
"Masih ada beberapa belas jam lagi sebelum Matthew tiba di Vancouver, jadi masih ada cukup waktu untukmu beristirahat. Lebih amannya, sebaiknya kita berangkat paling lama sekitar delapan jam lagi."
Juliet menghela napas pelan dan menganggukkan kepala menyahut perkataan Virgo barusan. Paling tidak ia masih memiliki beberapa jam untuk tidur. Entah beberapa jam itu cukup ataukah tidak, karena sebenarnya Juliet benar-benar merasa kurang sehat saat ini.
"Kamu bisa melarikan diri Matthew, atau kamu juga bisa menghadapinya secara langsung dan bicara baik-baik dengannya, Juliet. Kamu tahu itu kan?" Ucap Virgo mencoba untuk menjadi pihak netral yang berlogika, walaupun ada sedikit perasaan tak rela jika Juliet kembali kepada lelaki itu.
Tawa tanpa suara pun seketika lolos dari bibir Juliet. "Aku adalah orang yang berada di baris paling depan jika Matthew bisa diajak bicara secara baik-baik, Virgo," ucap pelan Juliet, namun penuh dengan nada sarkas di dalamnya.
"Matthew sama sekali bukan tipe seperti itu. Dia lebih suka memaksakan kehendak, Virgo. Apalagi setelah apa yang kulakukan sekarang, Matthew akan semakin mencengkramku dengan kuat," tukasnya sembari memejamkan mata. Nyeri hebat yang tiba-tiba datang membuat pandangan Juliet mendadak buram.
"Juliet? Kamu baik-baik saja?" Virgo tak pelak langsung bertanya karena cemas ketika melihat Juliet yang mendadak memejamkan mata dan bungkam. "Apa kamu mau dipanggilkan perawat?"
"Hm... aku cuma sedikit sakit kepala saja. Tidak apa-apa, Virgo."
"Oh, baiklah. Kalau begitu aku akan membiarkanmu istirahat. Apa kamu tidak masalah jika kutinggal?"
Juliet hanya menjawab dengan anggukan samar, karena rasa kantuk yang tiba-tiba saja menyergapnya. Meskipun lelah batin terasa mendera.
Virgo menunggu selama beberapa saat hingga gadis cantik namun pucat yang terbaring lemah itu mulai menghembuskan napas pelan yang teratur, pertanda bahwa Juliet telah berada di alam mimpi.
"Mimpikanlah sesuatu yang indah, Juliet Amanda," guman Virgo dengan suara sepelan mungkin, sebelum ia mendekatkan wajahnya untuk mengecup kening Juliet dengan lembut.
Langkahnya pun kemudian mengayun dengan sangat perlahan agar tidak menggganggu gadis yang sedang terlelap itu, membawanya menuju pintu keluar dari ruangan VIP dan menghilang dari baliknya.
***
"Jadi dia telah mengusirmu, Karina?"
Gadis yang dipandangi dengan tajam oleh Oma Anita itu pun menghela napas pelan sebelum menganggukkan kepalanya. "Matthew sungguh-sungguh sudah tidak tertarik padaku sama sekali, Oma. Bahkan dia tidak melirikku sedikit pun di saat aku sedang menggodanya," cetus Karina muram.
Ia tak habis pikir bagaimana mungkin Matthew hanya melengos melihat dirinya yang polos tanpa busana, bahkan bersikap kasar dan juga mengancamnya.
Matthew telah berhasil membuatnya merasa tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri, padahal di luar sana banyak lelaki yang memuji wajah dan tubuhnya yang bernilai sempurna.
"Cih. Si anak nakal itu, sepertinya dia sudah sangat terpikat kepada Juliet," decih Oma Anita gusar sekaligus tak habis pikir.
"Dengar, Karina. Mulai sekarang kamu juga harus tinggal di rumah ini. Mengerti? Jangan takut kepada Matthew, karena aku pun akan tinggal di sini bersama kalian semua. Ada banyak kamar di rumah ini, pilihlah salah satu yang membuatmu nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
COME AND SERVE ME
RomanceJuliet Amanda, 19 tahun, adalah seorang gadis yatim piatu dan mahasiswi yang pintar namun sangat pendiam dan tidak memiliki teman. Bukannya ia tidak mau, tapi Matthew Wiratama, walinya, yang tidak mengijinkan gadis itu untuk memiliki teman. Matthew...